Persaingan produk reksadana syariah kian sengit



JAKARTA. Boleh-boleh saja PT Veritra Sentosa Internasional (Paytren) optimistis masuk ke industri manajemen investasi (MI). Namun, sebagai new comer, Paytren harus mampu berkompetisi dengan banyak MI lain yang telah lama berada di pasar. 
 
Salah satu perusahaan MI yang bermain di bisnis reksadana syariah adalah PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) yang telah menerbitkan beberapa reksadana syariah.
 
Produk-produk reksadana syariah MMI itu adalah:  Reksadana Mandiri Pasar Uang Syariah, Reksadana Mandiri Investa Dana Syariah di segmen reksadana pendapatan tetap. 
 
Untuk reksadana campuran syariah, MI yang didirikan pada 26 Oktober 2004 ini memiliki Reksadana Mandiri Investa Syariah Berimbang. Untuk Reksadana Saham, MMI punya Reksadana Mandiri Investa Equity Syariah. MMI juga punya Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar (reksadana berbasis efek luar negeri) dan reksadana terproteksi. 
 
Mauldy Makmur, Head of Corsec & Business Support Mandiri Manajemen Investasi menyebutkan, imbal hasil atau yield yang ditawarkan reksadana syariah tersebut bergantung jenisnya. Contohnya, untuk reksadana pasar uang syariah, MMI memasang target imbal hasil tahun ini 6%. Untuk mencapai target itu, MMI mengalokasikan sekitar 80% dana kelolaan pada deposito perbankan syariah dan sisanya di obligasi syariah.
 
Mauldy menambahkan, hingga semester pertama tahun ini, MMI berhasil memperoleh asset under management (AUM) atau total dana kelolaan Rp 43 triliun. “Kontribusi reksadana syariah dari total AUM di semester I 2017 kurang lebih porsinya 5%-6%,” beber Mauldy kepada Tabloid KONTAN.  
 
Hingga akhir tahun ini, MMI menargetkan bisa mengumpulkan dana kelolaan sebesar Rp 47 triliun, tumbuh 38% dibandingkan tahun lalu alias year on year (yoy). Untuk mencapai target itu, Mandiri Investasi akan terus mengembangkan produk sesuai kebutuhan investor yang distribusikan melalui agen penjual dan digital. 
 
“Mandiri Investasi juga sedang mengambangkan produk alternatif investasi seperti reksadana penyertaan terbatas (RDPT), KIK-EBA, dan dana investasi real estat (DIRE),” imbuh Mauldy.
 
MI lain yang juga telah cukup banyak mengeluarkan produk reksadana syariah adalah PT BNI Asset Management. Produknya, antara lain BNI AM Dana Pendapatan Tetap Syariah dan BNI-AM Dana Dompet Dhuafa (reksadana pendapatan tetap), BNI-AM Dana Lancar Syariah (pasar uang), dan BNI-AM Dana Saham Syariah Musahamah (reksadana saham). 
 
Putut Endro Andanawarih, Direktur Investasi Riset dan Teknologi BNI Asset Management, mengatakan, ada beberapa keunggulan reksadana syariah yang diterbitkan perusahaannya. Di antaranya, reksadana BNI AM menawarkan fitur bagi hasil secara berkala yang disesuaikan kenaikan NAV. Dengan begitu, investor regular bisa menikmati keuntungan tanpa melalui mekanisme redemption. 
 
Aspek amal jariyah
 
Putut mencontohkan, para investor reksadana BNI-AM Dana Dompet Dhuafa memiliki beberapa fitur seperti reguler, gold, dan platinum. Untuk fitur gold, dana pengembangan (bagi hasil) akan diwakafkan. Sedangkan untuk fitur platinum baik pokok maupun hasil pengembangan sepenuhnya akan diwakafkan. 
 
“Reksadana ini tak hanya menekankan pada investasi, namun juga mengedepankan aspek amal jariyah pada pemegang unit penyertaan (UP) yang manfaatnya akan kekal hingga akhir zaman,” kata Putut kepada Tabloid KONTAN.
 
Sementara itu, BNI AM Dana Pendapatan Tetap Syariah Ardhani memiliki fleksibilitas dalam mengganti target durasi portofolio. Produk ini tanggap dalam perubahan pasar, yang diharapkan dapat memaksimalkan return. Secara underlying, reksadana ini diklaim likuid dan selalu dilelangkan sepanjang tahun.
 
Sedangkan BNI-AM Dana Saham  Syariah Musahamah memiliki keunggulan pada proses investasi yang mendalam di setiap underlying-nya, sehingga dapat mengoptimalkan potensi return yang ada. Reksadana ini tidak hanya memiliki komposisi yang besar pada saham yang undervalued dan juga comply terhadap aspek syariah yang berlaku di negara kita.
 
Dan, bicara soal yield, berdasarkan data dari Infovesta, produk BNI-AM Dana Saham Syariah Musahamah, memiliki yield year to date (ydt) 2,55%. Untuk BNI-AM Dana Dompet Dhuafa 3,96% ydt, dan yield Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Ardhani 7,67% ydt.
 
Putut memaparkan, total dana kelolaan BNI AM hingga semester I 2017 mencapai Rp 18,6 triliun atau tumbuh 32% secara yoy. Kontribusi AUM reksadana syariah terhadap total AUM BNI AM mencapai Rp 897 miliar per 25 Juli 2017.
 
“Tahun ini, kami menargetkan dana kelolaan bisa mencapai Rp 22,7 triliun atau tumbuh 38% dibandingkan tahun lalu,” papar dia.
 
Demi meraih target, BNI AM  akan memperkuat sinergi dengan Bank BNI selaku induk usaha beserta seluruh anak usaha BNI, menciptakan produk yang punya high margin seperti RDPT sektor riil dan mengembangkan reksadana online. 
 
Tidak mau kalah dengan MI pelat merah, perusahaan MI swasta juga ikut berkompetisi di pasar reksadana syariah. Sebut saja CIMB-Principal Asset Management. Anak usaha Bank CIMB Niaga ini menawarkan empat reksadana syariah. 
 
Untuk reksadana saham, CIMB-Principal menawarkan CIMB-P Islamic Equity Growth Syariah yang berinvestasi pada Efek Syariah bersifat ekuitas dan instrumen pasar uang dalam negeri.
 
Ada pula CIMB-P Islamic Asia Pacific Equity Syariah yang berinvestasi pada Efek Syariah bersifat ekuitas dan efek syariah berpendapatan tetap (sukuk) dan instrumen pasar uang syariah luar negeri. 
 
CIMB-Principal juga menawarkan reksadana campuran syariah, yaitu CIMB-P Balanced Growth Syariah untuk investasi jangka panjang. Produk ini menawarkan pendapatan memadai lewat investasi di efek utang dan instrumen pasar uang syariah. 
 
Selain kedua jenis reksadana tersebut, CIMB-Principal juga akan meluncurkan reksadana pasar uang syariah, yaitu CIMB-P Cash Fund Syariah, yang menyasar investor dengan kebutuhan investasi reksadana jangka pendek.
 
Ridwan Soetedja, Presiden Direktur CIMB-Principal Asset Management, menuturkan, yield reksadana syariah CIMB-Principal tergantung jenis kelas aset produknya.
 
Sebagai referensi, reksadana pasar uang syariah dapat memberikan imbal hasil 5%–6% per tahun. Sedangkan reksadana campuran syariah 7%–9% per tahun, dan yield reksadana saham syariah tergantung kinerja masing-masing produk.
 
Total dana kelolaan CIMB-Principal sampai semester I 2107 mencapai Rp 7,1 triliun atau tumbuh 35,8% secara yoy. Dengan membaiknya ekonomi, ia menargetkan dana kelolaan CIMB-Principal hingga akhir tahun ini bisa tembus Rp 9 triliun atau tumbuh 56% yoy. 
 
Ridwan bilang, target AUM tersebut dapat tercapai dengan melihat pertumbuhan produk berdasarkan kelas asetnya, terutama pada reksadana pendapatan tetap, pasar uang, dan reksadana terproteksi. 
 
“Salah satu faktor yang ikut mendongkrak AUM ialah status layak investasi bagi Indonesia oleh S&P. Peringkat ini ikut mendorong investor asing masuk dan berinvestasi di Indonesia, sehingga menggenjot kinerja reksadana,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan