KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk tetap eksis di pasar kosmetik dan
personal care, para pelaku usaha kian aktif menggaet pelanggan. Dengan peluang pasar yang masih besar di dalam negeri, industri ini terus berkembang. Seperti PT Paragon Technology and Innovation (PTI), produsen kosmetik
brand Wardah ini melihat tantangan terbesar salah satunya dari masuknya
brand-brand multinasional ke pasar lokal. "Sehingga kami sebagai pelaku industri harus terus berinovasi dan menghadirkan produk-produk inovatif tersebut lebih cepat dari sebelum-sebelumnya agar bisa memenuhi kebutuhan konsumen," ujar Shabrina Salsabilla,
Brand Manager Wardah Cosmetics kepada Kontan.co.id, Senin (27/5).
Sementara peluangnya menurut Shabrina, dengan banyaknya
beauty influencer yang memperkenalkan tren-tren produk kosmetik terbaru maka
interest masyarakat terhadap
beauty product akan semakin meningkat konsumsi produk tersebut. Apalagi jumlah
beauty influncer, komunitas dan
beauty event di Indonesia pun semakin banyak peminat. Adapun perkembangan bisnis Paragon sejauh ini dinilai masih baik dan sudah sesuai target. "Memang kompetisi semakin ketat dengan banyaknya bermunculan
brand baru baik dari dalam negeri dan juga
brand luar negeri sehingga
effort yang kami lakukan pun harus semakin tinggi agar tetap memimpin pasar, baik itu di inovasi produk, strategi
marketing, maupun distribusi," urai Shabrina. Sampai tahun 2020 perusahaan masih akan meluncurkan sekitar 230
stock keeping unit (SKU) baru. Saat ini PTI memiliki
brand seperti Wardah, Emina dan Make Over dengan total SKU yang aktif mencapai 400 jenis produk dan mematok pertumbuhan bisnis dobel digit di tahun ini. Setali tiga uang, PT Mandom International Tbk (TCID) juga menilai bahwa inovasi dan keberadaan
influencer membantu
marketing produk kosmetik. Alia Dewi,
Corporate Secretary TCID mengatakan faktor
influencer cukup besar menarik pengguna agar mau beralih ke produk tertentu. Apalagi beberapa kategori kosmetik dan personal
care ditemukan bahwa
habit konsumen sekarang cenderung kurang loyal. "Seperti kosmetik yang dekoratif semacam lipstik dan lainnya konsumen suka coba-coba jadi bisa gampang beralih," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (27/5). Kondisi ini menyebabkan peta persaingan produk kosmetik dan
personal care cenderung ketat. Apalagi kata Alia, dengan populasi penduduk muda yang ramai menjadikan Indonesia pasar terbaik bagi produk-produk tersebut.
Untuk itu di semester dua nanti TCID akan lebih jor-joran mempenetrasi
market dengan SKU barunya. Setiap tahun setidaknya perseroan merilis ratusan SKU baru dengan jumlah SKU yang aktif di pasaran saat ini mencapai 1.000 macam. Sekadar informasi, penjualan lokal masih mendominasi pendapatan TCID yakni sebanyak Rp 516,87 miliar atau sekitar 71% dari
revenue di kuartal-I 2019. Sementara sisanya ialah segmen pasar ekspor Rp 210,41 miliar. Dari segi produk, kategori
skin care dan kosmetik berkontribusi 41% bagi
revenue perusahaan di triwulan pertama tahun ini. Pertumbuhan penjualan kategori tersebut mencapai 21,5% yoy menjadi Rp 295,76 miliar di kuartal-I 2019. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .