Persedian bawang merah tipis, Kemtan tak mau impor



JAKARTA. Dua komoditas kebutuhan nasional, bawang merah dan gula, menjadi penyumbang inflasi pada April lalu. Kondisi ini terjadi karena ketersediaan atau setok menipis sehingga membuat harga melonjak naik. Meski begitu, Kementerian Pertanian (Kemtan) tetap belum merasa perlu untuk melakukan impor sekalipun harga naik.

Badan Pusat Statistik merilis dua komoditas sektor pangan yang membuat inflasi pada April 2015 sebesar 0,36% yakni bawang merah dan gula pasir. Kurangnya pasokan bawang merah menyebabkan kenaikan harga sebesar 11,58% di 78 kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Serta gula pasir yang menyebabkan harga naik sebesar 3,02%.

Yusni Emilia Harahap, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementerian Pertanian mengatakan, panen belum terjadi untuk bawang merah dan tebu. Sehingga, setok masih menipis. Kondisi ini selalu terjadi berulang setiap tahunnya. Namun, bukan berarti tidak ada produksi.


"Selama tiga bulan memang panen belum terjadi banyak. Namun, Juni akan melimpah produksi tebu dan bawang merah. Jadi tidak perlu impor, kondisi kemarin hanya sementara," tandas Emilia pada Jumat (8/5).

Setiap tahunnya, kebutuhan nasional akan bawang merah sebanyak 1,2 juta ton. Sebenarnya, produksi dalam negeri dapat dipenuhi dari dalam negeri tanpa perlu impor. Sedangkan proyeksi produksi gula Kristal putih (GKP) diperkirakan mencapai 2,95 juta ton pada tahun 2015. Kebutuhan gula nasional mencapai 5,77 juta ton setiap tahun.

Harga yang terpantau Ditjen P2HP Kementerian Pertanian hari ini, harga bawang merah berkisar antara Rp 24.000 per kilogram (kg) sampai Rp 30.000 per kg. Sementara harga di Kementerian Perdagangan kemarin (7/5) sebesar Rp 29.916 per kg untuk bawang merah dan Rp 12.419 per kg untuk gula pasir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie