KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontroversi antara miliarder Elon Musk dan Ibu Negara Brasil, Janja Lula da Silva, mencuat ke publik setelah pernyataan pedas Janja pada acara KTT G20. Saat menyampaikan pidato tentang regulasi media sosial untuk mengatasi misinformasi, Janja secara spontan mengeluarkan komentar yang ditujukan kepada Musk, menyatakan, “Saya tidak takut padamu, f**k you, Elon Musk.” Pernyataan ini memicu tepuk tangan meriah dari hadirin, namun juga menciptakan gelombang reaksi di media sosial dan politik global.
Baca Juga: Apakah Elon Musk Benar-benar Membeli McDonald's dan CNN? Cek Faktanya Komentar Elon Musk: "Mereka Akan Kalah di Pemilu Berikutnya"
Elon Musk tidak tinggal diam. CEO Tesla dan X (sebelumnya Twitter) ini membalas lewat media sosial, menyatakan bahwa suami Janja, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, tidak akan memenangkan pemilu mendatang. “Mereka akan kalah di pemilu berikutnya,” tulis Musk, merespons video yang memperlihatkan komentar Janja di acara tersebut.
Latar Belakang Konflik Musk dengan Brasil
Mengutip
firstpost.com, perseteruan Musk dengan Brasil bukanlah hal baru. Pada tahun 2024, jaringan sosial milik Musk sempat diblokir selama satu bulan di Brasil karena tidak mematuhi perintah pengadilan untuk menunjuk perwakilan hukum di negara tersebut dan mengabaikan perintah untuk memblokir akun-akun yang dituduh menyebarkan "berita palsu" dan pesan kebencian. Insiden ini memperkeruh hubungan Musk dengan otoritas Brasil, terutama dengan Hakim Agung Alexandre de Moraes, yang telah lama menjadi pendukung regulasi ketat terhadap media sosial di negara tersebut. Janja dalam pidatonya bahkan menyebut Moraes sebagai "sekutu utama" dalam perang Brasil melawan misinformasi di media sosial, sebuah komentar yang merujuk pada ketegangan sebelumnya antara Moraes dan Musk.
Baca Juga: Elon Musk Beri Kejutan! Kembali Mendukung Dogecoin di Tengah Lonjakan Harga Bitcoin Regulasi Media Sosial: Panggilan untuk Kerja Sama Global
Dalam acara tersebut, Janja menekankan perlunya kerja sama internasional untuk mengatur media sosial, menyoroti bahwa masalah ini tidak dapat diatasi oleh negara secara individu. Ia menyerukan partisipasi Amerika Serikat dalam upaya ini, meskipun hubungan antara AS dan Brasil sedang mengalami dinamika yang kompleks. Sementara itu, Musk yang kini ditunjuk untuk memimpin US Department of Government Efficiency dalam pemerintahan Donald Trump, tampaknya memiliki pandangan berbeda tentang regulasi media sosial. Musk dikenal sebagai pendukung kebebasan berbicara yang lebih longgar di platform digital, sering kali berbenturan dengan kebijakan regulasi yang lebih ketat di negara-negara seperti Brasil.
Kontras: Hubungan Trump dengan Presiden Argentina Javier Milei
Di sisi lain, hubungan antara AS dan negara-negara Amerika Selatan menunjukkan dinamika yang beragam. Di Mar-a-Lago, Presiden terpilih AS Donald Trump dengan hangat menyambut Presiden Argentina Javier Milei. Trump memuji upaya Milei, menyatakan, “Kerja yang Anda lakukan luar biasa. Make Argentina Great Again. Dia adalah orang MAGA.” Milei membalas pujian ini dengan menyebut kemenangan Trump sebagai "kebangkitan politik terbesar dalam sejarah" dan menyatakan bahwa "kekuatan surga berada di pihak kita."
Baca Juga: Elon Musk Masuk Kabinet Donald Trump, Akan Pimpin Departemen Efisiensi Pemerintah Dampak Politik dan Media Sosial
Ketegangan antara Musk, pemerintah Brasil, dan tokoh-tokoh lainnya menyoroti konflik yang lebih luas tentang bagaimana media sosial seharusnya diatur. Di satu sisi, ada seruan untuk regulasi ketat guna memerangi misinformasi dan ujaran kebencian; di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa regulasi berlebihan dapat mengancam kebebasan berbicara.
Perseteruan ini juga menunjukkan bagaimana hubungan geopolitik dapat memengaruhi arah kebijakan teknologi dan regulasi global. Brasil di bawah kepemimpinan Lula da Silva tampaknya mengambil langkah untuk menjauh dari pengaruh AS, sementara pemerintahan Trump yang akan datang berusaha mempererat hubungan dengan sekutu seperti Argentina.
Editor: Handoyo .