Persoalan Produksi Sampah di Indonesia Semakin Kompleks



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persoalan sampah di Indonesia hingga saat ini tak kunjung selesai. Bahkan, masalah ini sudah semakin kompleks dengan produksi sampah uang kian membesar. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan baru untuk mengatasi persoalan ini.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021, jumlah sampah nasional diperkirakan sekitar 65 juta ton dan ada peningkatan jumlah sampah plastik. Pada tahun 2020, sampai plastik hanya menyumbang 11% dan tahun 2021 neaik menjadi 17%.

Direktorat Jenderal  Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK Vinda Damayanti Ansjar mengatakan, peningkatan sampah plastik terjadi karena pergeseran pola hidup serta penggunaan plastik sekali pakai. "Sehingga timbunan plastik menduduki posisi kedua terbesar untuk komposisi sampah  di Indonesia," kata dia dalam keterangan resminya, Selasa (16/5).


Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dan upaya untuk mengatasi persoalan timbunan sampah plastik, bukan hanya sebatas bisnis saja. Menurut Vinda, inovasi terutama diperlukan mengurangi timbunan sampah plastik sampah.

Aturan itu misalnya, ditujukan agar setiap orang  memiliki kewajiban untuk melakukan sendiri  pengurangan sampah sehingga terjadi  pengurangan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).

“Ini berperan sangat strategis sebagai upaya penanganan sampah yang dilakukan oleh pemerintah daerah terutama yang ditimbun di  tempat pemrosesan akhir. Bahkan pengurangan sampah ini  bisa penghematan sumber daya alam (SDA), mengurangi emisi gas rumah kaca, menyebabkan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah dan mendorong perusahaan  menerapkan peraturan Menteri LHK nomor 75 tahun 2019 tentang peta jalan pengurangan sampah." jelasnya.

Dia menjelaskan, Permen LHK nomor 75 tahun 2019 tersebut membuka peluang tumbuhnya peluang bisnis yang berkaitan dengan pengurangan sampah di Indonesia. Itu akan mendorong dengan model bisnis entrepreneurship dan ekosistem digital. Selain itu, masyarakat akan semakin banyak sadar dalam memilih produk - produk ramah lingkungan. 

Pelaku usaha, tambah Vinda, juga harus  memikirkan bagaimana cara agar kemasan produkny menggunakan material yang mudah terurai secara alami atau dapat dan menghasilkan sedikit mungkin sampah dengan cara menggunakan material yang layak digunakan ulang .

Vida mengatakan, hingga  Mei 2023, sudah ada  209 pelaku usaha yang berkaitan dengan pengurangan dan penanganan sampah di Indonesia. Lalu terdapat 42 produsen yang suda menyampaikan dokumen perencanaan pengurangan sampah.

Director of Corporate Communications, PZ Cussons Indonesia Elly Mustrianita mengatakan, pihaknya berkomitmen menjalankan proses bisnis keberlanjutan. Hal itu dimulai dari proses bisnis hulu ke hilir, inovasi produk terutama dengan pengurangan penggunaan plastik, layanan konsumen yang memastikan keamanan dan kenyamanan produk higenis bagi ibu dan bayi,  serta mengajak keterlibatan masyarakat melalui edukasi, penyuluhan, dan pendampingan masyarakat.

"Edukasi ini terutama diperuntukkan bagi ibu-ibu Posyandu, dalam membangun kebiasaan hidup bersih dan sehat, serta menjaga kelestarian lingkungan melalui pengurangan penggunaan plastik dan pengelolaan pemilahan sampah secara bijak,” kata dia.

Sementara Head of Marketing PZ Cussons Indonesia Riza Arief Rahman menjelaskan, Cussons Baby Wipes Pure and Gentle tidak hanya ramah lingkungan yang dapat terurai secara alami (biodegradable), namun hadir dengan keunggulan kualitas, yaitu terbuat dari 100% natural fiber, minyak zaitun organik bersertifikat, sumber air terpurifikasi, 0 persen alkohol, pewarna, dan pewangi. 

Pengurangan penggunaan plastik dalam kemasan  berhasil dilakukan hingga 92% pada Cussons Baby Gift Box, pengurangan penggunaan plastik sebanyak 16%  dari kemasan tisu basah, dan pengurangan penggunaan plastik 11% pada kemasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk