Perta Life Targetkan Pertumbuhan Laba Hingga 148% pada Tahun 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM) telah resmi berubah nama menjadi PT Perta Life Insurance (PertaLife Insurance). Adapun, perubahan nama ini sejalan dengan transformasi berkelanjutan yang sedang dilakukan oleh perusahaan.

Dalam transformasi tersebut, perusahaan menetapkan target tinggi di tahun ini dengan bisa memperoleh laba yang bisa meningkat hingga 148%. Per November, perusahaan mencatat laba bersih senilai Rp 27,30 miliar.

Direktur Pemasaran PertaLife Haris Anwar pun menyampaikan bahwa ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mencapai target tersebut. Salah satunya ialah memperbesar segmen captive market dari Pertamina dan PT Timah Tbk yang saat ini baru tergarap 10% 


“Pangsa pasar yang captive itu kita perbesar. Targetnya bisa mencapai 50%, bertahap. Tahun ini, kita harapkan ada tambahan 30% dari yang sekarang,” ujar Haris dalam konferensi pers, Senin (17/1).

Baca Juga: Perbankan Gencar Tawarkan Berbagai Produk Asuransi Baru pada 2022

Hanya saja, Haris menyampaikan bahwa masih ada tantangan yang dihadapi dalam rangka memperbesar pangsa pasar tersebut, salah satunya infrastruktur. Bukan tanpa alasan, mengingat captive market yang dimiliki PertaLife merupakan salah satu BUMN yang besar sehingga memiliki kebutuhan banyak di saat sumber daya yang dimiliki perusahaan masih terbatas.

Dari sisi produk sendiri, Haris menjelaskan bahwa produk yang memiliki kontribusi paling besar dari pendapatan perusahaan yaitu terkait produk asuransi terkait kompensasi pasca kerja yang memiliki kontribusi sekitar 78%.

Di sisi lain, PertaLife Insurance saat ini juga menyiapkan produk baru yang akan dimintakan izin pada OJK. Totalnya, ada sekitar 7 produk tahun ini untuk diserahkan pada OJK dalam rangka permintaan izin.

Sementara itu, Direktur Keuangan PertaLife Insurance Yuzran Bustamar menyampaikan bahwa refocusing market yang sebelumnya di captive market dan non captive menyebabkan adanya efisiensi dari biaya operasional perusahaan. Tercatat, biaya operasional perusahaan turun dari Rp 155,3 miliar menjadi Rp 80,1 miliar per November 2021.

Baca Juga: Reksadana Masih Menjadi Pilihan Investasi Industri Asuransi Jiwa

“Seiring dengan refocusing dari market kami, kami menjadi lebih efektif dengan biaya-biaya yang dikeluarkan jauh lebih efisien untuk mendapatkan bisnis yang ada,” ujar Yuzran.

Sekadar informasi, tidak ada perubahan susunan pemegang saham dalam perubahan nama ini. Adapun, Dana Pensiun Pertamina masih memegang sebanyak 71,39% saham, dilanjutkan dengan PT Timah Tbk yang memiliki 27,83% dan Kementerian Keuangan memiliki 0,78%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi