Pertahanan Rupiah Jebol, Terendah Sejak April 2001



JAKARTA. Benteng pertahanan rupiah jebol sudah. Kurs rupiah terhadap dolar malam kemarin menyentuh titik terendahnya sejak April 2001. Berdasarkan data Bloomberg pukul 21.40 malam, kurs dolar senilai Rp 10.950 per US$. Sementara pada April 2001 silam, kurs dolar sebesar Rp 11.675 per US$.

Rupiah ambruk karena terjepit dari dua arah. Di Amerika Serikat dan Eropa, banyak mutual fund menghadapi penarikan dana besar-besaran. "Untuk membayar dana nasabah, pengelola dana harus menjual aset di berbagai negara, termasuk yang ditempatkan dalam saham dan obligasi di Indonesia," ujar Kepala Divisi Treasury PT BCA Tbk. Branko Windoe, kemarin.

Tekanan terhadap rupiah juga muncul dari dalam negeri. Seperti yang terjadi setiap menjelang akhir tahun, kebutuhan dolar korporasi lokal selalu naik. Perusahaan membutuhkan dolar untuk melunasi utang.


Bank Indonesia (BI) mencoba menahan nilai tukar rupiah di pasar. "BI sudah berupaya melakukan intervensi. Tapi tekanan pasar lebih besar. Jadi, BI seperti menggarami air laut," tutur Rachmat Wibisono, dealer valas di PT BRI Tbk.

Untuk menahan nilai tukar rupiah, BI berjanji akan tetap berada di pasar. "Kami akan terus melakukan intervensi ke pasar," kata Gubernur BI Boediono, semalam.

Gubernur BI yakin gejolak rupiah bakal mereda dalam waktu dekat. Alasan Boediono, valuta asing dalam jumlah besar akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat. Ia mencontohkan, dana Qatar Telecom untuk melunasi pembelian saham Indosat. "Dengan dana valas ini, likuiditas akan bertambah. Cadangan devisa juga masih kuat sehingga rupiah akan pulih," ujar Boediono.

Tak berani meramal

Namun pelaku pasar punya prediksi yang berbeda dengan Gubernur BI. Rachmat meramalkan, rupiah masih akan tertekan. "Paling tidak sampai akhir bulan ini," imbuhnya. Ia memprediksi, rupiah bisa menembus  Rp 12.000 per US$ akibat likuiditas dolar di pasar global yang semakin ketat.

Sedangkan Branko memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 10.700 sampai Rp 11.200 per US$ sampai akhir bulan. Tingginya volatilitas rupiah akan membuat BI aktif melakukan intervensi di pasar. Yang kemudian akan terjadi, nilai cadangan devisa Indonesia semakin tergerus.

Ini mengkhawatirkan karena cadangan devisa sudah turun drastis sepanjang Oktober. BI menyatakan, cadangan devisa per 15 Oktober sebesar US$ 52,4 miliar. Nilai cadangan devisa itu lebih kecil US$ 4,1 miliar dibandingkan cadangan devisa pada pekan sebelumnya.

Farial Anwar, Direktur Currency Management Group bahkan tak berani memprediksi sejauh mana rupiah akan terpuruk. "Masyarakat tampaknya sudah panik. Imbauan pemerintah tak lagi mempan menenangkan mereka," tutur Farial.

Pemerintah sendiri yakin BI mampu menjaga keseimbangan baru kurs rupiah. "Koreksi terhadap dolar ini terjadi di seluruh dunia," kata Kepala Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu, kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie