KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menjadi salah satu perusahaan tambang raksasa di Indonesia. Tak hanya mengeduk batubara, ADRO juga memiliki lini bisnis yang terintegrasi hingga ke logistik, penyediaan listrik dan juga air. Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, perusahaan yang dipimpinnya itu memiliki delapan piliar bisnis. Dengan diversifikasi bisnis tersebut, Garibaldi menyebut ADRO mampu bertahan di tengah hantaman krisis akibat pandemi covid-19. "Alhamdulillah, karena memang dalam 10 tahun-15 tahun terakhir, kami mendiversifikasi menjadi 8 pilar, integrated energy company, hari ini terbukti dalam kondisi super sulit, Adaro masih
survive," kata Boy, sapaan akrab Garibaldi, dalam media gathering 28 tahun Adaro Group, Selasa (20/10) sore.
Lini bisnis ADRO membentang mulai dari pertambangan batubara (Adaro Mining), Adaro Services, Adaro Power, Adaro Water, Adaro Logistik, Adaro Land, Adaro Capital, hingga Adaro Foundation.
Baca Juga: Kontrak PKP2B anak usaha Adaro (ADRO) habis 2022, Boy Thohir masih tunggu PP Minerba Saat ditanya terkait agenda bisnis ke depan, termasuk peluang untuk mencatatkan anak usaha ADRO di lantai bursa melalui Initial Public Offering (IPO), Boy belum tertarik. Alasannya, Boy merasakan bahwa pandemi covid-19 sangat memukul dunia bisnis, termasuk sektor pertambangan batubara. Alih-alih gencar melakukan ekspansi, saat ini perusahaan lebih mendorong efisiensi di berbagai lini bisnis. Boy menegaskan, tahun ini ADRO memilih untuk melakukan konsolidasi agar bisa bertahan di tengah ketidakpastian pasar akibat pandemi covid-19, sambil menyusun strategi dan melihat perkembangan pada tahun depan. "Tahun ini adalah tahun konsolidasi, kami bertahan dulu, supaya bisa melewati 2020 dengan baik. Cukup berat, tahun depan belum tahu kondisinya seperti apa. 2021 kita lihat lagi bagaimana," sebut Boy Thohir. Kendati begitu, dia menerangkan bahwa ADRO memiliki sejumlah rencana bisnis strategis. Antara lain dengan mengembangkan lini bisnis energi terbarukan, menjajaki hilirisasi batubara selain untuk keperluan PLTU, serta memompa produksi cooking coal. Untuk bisnis energi terbarukan, Boy menyebut bahwa pihaknya menjajaki kombinasi penjualan batubara dengan biomassa pada sejumlah pelanggannya. Biomassa yang dimaksud ialah sebagai campuran seperti pelet kayu atau wood pellet dan wood chip. "Kami berpikir ke depan bisa mengkombinasikan jualan dengan biomassa. Karena di Jepang, banyak customer kita yang berharap, selain mereka tetap memakai batubara," ungkap Boy. Untuk hilirisasi batubara, ADRO tengah melakukan penjajakan dan mencari teknologi yang tepat untuk hilirisasi batubara dalam bentuk lain yang sesuai dengan model bisnisnya. "Tentu kami pilah-pilah, mana yang sesuai dengan model bisnis kami. Kami sudah mulai melakukan inisiatif itu, melakukan studi dengan beberapa perusahaan yang mempunyai teknologi dalam hilirisasi," imbuhnya.
Mengenai produksi cooking coal, Chief Financial Officer ADRO Lei Luckman menyampaikan, target produksi tahun ini ditaksir bisa mencapai 1 juta hingga 1,1 juta ton. Tahun depan, ADRO akan menggenjot produksi cooking coal dan diharapkan bisa meningkat hingga dua kali lipat. "Tahun depan, dengan semakin lancarnya proses produksi, kita lebih mengenal
mining sequence. Kita berharap produksi minimal double dari tahun ini," sebut Lie. Lie menyampaikan, pada tahun ini ADRO mengucurkan belanja modal alias
capital expenditure (capex) sebesar US$ 200 juta. Sebanyak US$ 130 juta dialokasikan untuk lini pertambangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi