Pertahankan kinerja, Indonesian Paradise Property (INPP) fokus pada efisiensi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) mengantongi pendapatan sebesar Rp 336 miliar hingga kuartal ketiga 2020. Realisasi ini turun 50,55% jika dibandingkan dengan periode sembilan bulan 2019.

Secara rinci, pendapatan INPP per 30 September 2020 masih didominasi oleh segmen komersial yakni sebesar Rp 212,4 miliar. Disusul oleh pendapatan dari segmen perhotelan senilai Rp 75,48 miliar dan penjualan properti senilai Rp 44,98 miliar.

Direktur Indonesian Paradise Property Taufik mengatakan, penurunan kinerja INPP tidak terlepas dari menyebarnya virus Covid-19. Dia mengatakan, kinerja sektor pariwisata menurun sebagai akibat atas perlambatan proses mobilitas antarnegara sejalan dengan upaya memitigasi risiko perluasan pandemi.


“Hal ini mengakibatkan pendapatan INPP pada periode sembilan bulan pertama 2020 sebesar Rp 336 miliar atau turun 50,55%,” ujar Taufik dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Kamis (3/12).

Baca Juga: Libur akhir tahun dipangkas, ini dampaknya bagi Indonesian Paradise Property (INPP)

INPP tercatat membukukan kerugian usaha senilai Rp 25,21 miliar hingga kuartal ketiga 2020. Namun, INPP masih membukukan laba bersih Rp 73,91 miliar, turun dari laba bersih pada kuartal ketiga 2019 yang mencapai Rp 1,94 triliun. Tingginya laba bersih INPP pada periode lalu disebabkan karena adanya laba penjualan investasi saham senilai Rp 1,58 triliun.

Taufik melanjutkan, INPP telah dan akan terus mengambil langkah-langkah efisiensi yang sesuai dan bijaksana dalam rangka mempertahankan seluruh operasional bisnis. Sejumlah efisiensi yang telah dilakukan INPP antara lain mengurangi biaya overhead, seperti efisiensi karyawan berbasis kontrak, dan penghematan atas biaya-biaya lain seperti biaya buffet, breakfast, dan utilitas.

Terbukti, beban-beban INPP pada kuartal ketiga mampu terpangkas. Beban pokok pendapatan misalnya, menurun 52,9% secara tahunan menjadi Rp 121,56 miliar. Beban penjualan dan pemasaran juga menurun 65% menjadi Rp 14,71 miliar. Tidak sampai di situ, INPP juga mampu memangkas beban umum dan administrasi sebesar 10% menjadi 209,27 miliar.

Baca Juga: Terdampak pandemi, ini strategi yang dilakukan Indonesian Paradise Property (INPP)

Atas kesepakatan, INPP juga melakukan penundaan pembayaran terhadap supplier dan konsultan untuk proyek-proyek yang masih berjalan. INPP juga melakukan negosiasi dengan pihak bank terkait relaksasi pembayaran bunga.

Taufik menilai tahun depan akan menjadi momentum bagi INPP untuk me-reset bisnis di sektor pariwisata. Prospek bisnis di tahun depan juga akan berangsur pulih meskipun banyak hal-hal yang masih belum bisa diprediksi.

Tetapi secara prospek bisnis, INPP juga akan mengembangkan segmen mall dan apartemen yang akan mengimbangi segmen perhotelan. “Kinerja mall dan apartemen akan saling membantu, sehingga akan memberikan prospek positif ke perusahaan,” sambung dia.

Hingga akhir tahun, INPP memperkirakan serapan capex akan mencapai Rp 369 miliar. Sementara untuk proyeksi capex di 2021, INPP akan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 380 miliar. Secara rinci, capex akan digunakan diantaranya untuk proyek Sahid Kuta Lifestyle Resort II di Bali senilai Rp 147 miliar dan proyek Apartment 31 Sudirman Suites & Hotel Hyatt Place di Makassar senilai Rp 232 miliar. 

Baca Juga: Ada pandemi, Indonesian Paradise (INPP) selesaikan pengembangan di Bali dan Makassar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati