Pertahankan pasar mikro, BRI menahan NIM



JAKARTa. Kompetisi di ranah mikro berdampak positif ke pembentukan bunga kredit. Pemain lawas tak kuasa lagi menggetok bunga tinggi. Ia harus pangkas bunga agar kompetitif dengan pemain-pemain baru di ceruk ini.

Persaingan di ranah mikro ini tecermin dalam laporan keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Raja kredit UMKM ini mencatatkan penurunan marjin bunga bersih (NIM) menjadi 8,49% kuartal II-2012 dari posisi yang sama 2011 sebesar 9,88%.

Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni mengatakan, perseroan sengaja menurunkan NIM karena merasa tersaingi bank-bank lain yang mulai menggarap bisnis kredit mikro. Agar pendapatan tak ikut merosot, manajemen akan menggenjot volume. "Kedepan kalau ingin mempertahankan NIM dua digit akan sangat berat," katanya, Jumat (27/7).


Informasi saja, kredit mikro adalah salah satu fokus BRI. Kredit ini penyumbang terbesar portofolio kredit. Hingga Juni 2012, kredit mikro mencapai Rp 96,59 triliun atau tumbuh 15% dari sebelumnya Rp 83,97 triliun. Sedangkan, porsi kredit mikro naik tipis menjadi 31,69% dari 31,59%.

Baiquni optmistis, kebijakan menyusutkan NIM bisa mempengaruhi bank lain yang ingin terjun di segmen ini. Jadi, harapannya, pemain lain meninjau ulang rencananya sebelum turun gelanggang. "Kami tidak ingin pasar mikro dicaplok bank lain," katanya.

Saat ini ada tiga pemain utama di ranah mikro, yakni BRI, Bank Danamon dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN). Ketiganya disebut paling serius karena mau membangun divisi khusus, investasi jaringan dan meningkatkan terus portofolio kreditnya. Belakangan, Bank CIMB Niaga, Bank Mandiri, Bank Mega dan Bank Mutiara ikut menempuh cara serupa. Segmen ini juga tak luput dari incaran bank asing semacam Standard Chartered Bank, Citibank dan HSBC Indonesia.

Untuk meningkatkan cengkraman di mikro, manajemen akan menambah jaringan Teras, unit mikro BRI. Hingga Juni, jumlah Teras mencapai 1.612 unit, melonjak 642% dari posisi 2009 saat pertama kali program ini diluncurkan. "Sampai akhir tahun kami akan mempertahankan NIM pada posisi 8,5%," tambahnya.

Menilik laporan keuangan BRI, pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 3,07% menjadi Rp 17,157 triliun dari sebelumnya Rp 16,645 triliun. Pasalnya, penyaluran kredit BRI hanya tumbuh 14% menjadi Rp 304 triliun dari sebelumnya Rp 265 triliun.

Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengakui, pertumbuhan kredit masih jauh dari rata-rata industri sebesar 28%. Namun, ia optimis hingga akhir tahun kredit dapat dipacu lagi hingga tumbuh 20%-22%. "Pada semester dua ini kami akan percepat penyaluran kredit karena dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga sudah turun jadi lebih mudah terealisasi," jelas Sofyan.

BTPN dan Danamon juga menikmat manisnya bisnis mikro. Lihat saja laba bersih BTPN pada semester I-2012, melonjak 57,4% menjadi Rp 921 miliar. Padahal, penyaluran kreditnya tumbuh 28% menjadi Rp 34,4 triliun. Akhir 2011, BTPN memiliki rasio NIM 12,93%, sehingga mampu mendulang laba Rp 1,4 triliun atau melonjak 60% dibandingkan tahun 2010.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can