Pertahankan Suku Bunga, Bank of Japan Mengerek Target Inflasi & Pangkas Prediksi PDB



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank of Japan (BOJ) menaikkan perkiraan inflasi pada hari Kamis (21/7) tetapi mempertahankan suku bunga sangat rendah. Bank sentral Negeri Sakura ini memperingatkan risiko terhadap prospek ekonomi sebagai tanda akan tetap menjadi pengecualian di antara gelombang pengetatan kebijakan moneter bank sentral global.

BOJ memutuskan kebijakan ini beberapa jam sebelum European Central Bank (ECB) yang akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga 50 basis poin yang lebih besar dari perkiraan untuk menjinakkan inflasi yang melonjak.

Kenaikan biaya bahan bakar dan komoditas telah mendorong inflasi Jepang di atas target 2%. Tapi, BOJ telah berulang kali mengatakan tidak terburu-buru menarik stimulus karena perlambatan pertumbuhan global mengaburkan prospek ekonomi yang masih lemah.


"Ketidakpastian seputar ekonomi Jepang sangat tinggi. Kami harus waspada terhadap pergerakan pasar keuangan dan mata uang, serta dampaknya terhadap ekonomi dan harga," kata BOJ dalam laporan triwulanan yang dikeluarkan setelah keputusan suku bunga.

Baca Juga: Setelah Diterpa Aksi Jual Singkat, Bitcoin Kembali Stabil

Seperti yang diharapkan secara luas, BOJ mempertahankan target -0,1% untuk suku bunga jangka pendek dan imbal hasil obligasi 10-tahun sekitar 0%.

Dalam proyeksi kuartalan baru, dewan gubernur BOJ mengerek target inflasi inti konsumen menjadi 2,3% dari 1,9% untuk tahun fiskal saat ini yang berakhir pada Maret 2023. BOJ juga menaikkan perkiraan inflasi untuk tahun berikutnya menjadi 1,4% dari 1,1%.

BOJ memangkas perkiraan pertumbuhan tahun fiskal ini menjadi 2,4% dari 2,9%. Bank sentral memperingatkan potensi pukulan dari gangguan rantai pasokan yang masih ada, kenaikan harga komoditas, dan pandemi.

Baca Juga: Asian Development Bank (ADB) Menaikkan Proyeksi Inflasi Indonesia pada Tahun Ini

Data BOJ baru-baru ini menunjukkan bank sentral terpaksa menyerap rekor obligasi pemerintah Jepang (JGB) senilai 16 triliun yen pada bulan Juni untuk mempertahankan batas 0,25% untuk imbal hasil 10-tahun.

Pembelian agresif mendorong kepemilikan BOJ di pasar obligasi melewati 50%, menurunkan upayanya untuk secara bertahap mengurangi neraca besar dan menyebabkan ketegangan di pasar berjangka.

Pasar fokus pada apa yang akan dikatakan Kuroda tentang kenaikan biaya pelonggaran yang berkepanjangan dan petunjuk apa pun yang bisa dia turunkan pada potensi pemicu perubahan kebijakan, kata para analis.

Editor: Wahyu T.Rahmawati