Pertama Kali Dalam 20 Bulan, China Pangkas Suku Bunga Pinjaman



KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Sesuai dengan ekspektasi pasar, China memangkas suku bunga pinjaman (LPR) untuk pertama kalinya dalam 20 bulan pada awal pekan ini. Upaya untuk menopang ekonomi yang melambat.

Mengutip Reuters (20/12), LPR satu tahun diturunkan 5 basis poin menjadi 3,80% dari sebelumnya 3,85%, sedangkan LPR lima tahun tetap di 4,65%. Pengurangan tersebut menandai pemotongan LPR pertama sejak April 2020.

Beberapa analis mengaitkan penurunan LPR satu tahun untuk menurunkan biaya pendanaan di bank menyusul dua pemotongan rasio persyaratan cadangan (RRR) oleh bank sentral tahun ini.

Baca Juga: China cuts lending benchmark LPR for first time since April 2020

People's Bank of China (PBOC) sebelumnya memotong jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan minggu lalu dengan melepaskan 1,2 triliun yuan dalam likuiditas jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Sementara langkah Beijing untuk menurunkan LPR secara luas diharapkan, itu juga menyoroti perbedaan kebijakan moneter China dari bank sentral global utama lainnya, yang akan menaikkan suku bunga.

Beberapa analis memperkirakan Beijing dapat melakukan pelonggaran lebih lanjut untuk menahan perlambatan ekonomi.

Sejumlah indikator ekonomi baru-baru ini, termasuk penjualan ritel dan pertumbuhan investasi, menunjukkan ekonomi yang melambat, sementara pembatasan peraturan pada sektor teknologi telah meredam sentimen investor, dan pembatasan baru untuk memerangi meningkatnya kasus COVID-19 dapat menekan pertumbuhan.

Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics pun mengharapkan akan adanya pemotongan 45 basis poin lebih lanjut untuk LPR satu tahun selama 2022.

"Sama pentingnya adalah apa yang terjadi pada kontrol kuantitatif atas kredit, termasuk pinjaman oleh pemerintah daerah. Tanda-tanda awalnya adalah ini akan dilonggarkan, tetapi tidak terlalu besar. Kesan keseluruhan, termasuk dari pengumuman hari ini, adalah bahwa kebijakan sedang dilonggarkan tetapi tidak secara dramatis,” ujar Mark.

Editor: Yudho Winarto