Pertama Kali, Nilai Pinjaman China Turun



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Nilai pinjaman China pada bulan April 2024 menyusut untuk pertama kalinya. Penurunan ini lantaran penjualan obligasi pemerintah melambat dan melemahnya permintaan kredit.

Menurut perhitungan Bloomberg, mengacu data yang dirilis People’s Bank of China, Sabtu (11/5), nilai pembiayaan agregat di April turun hampir 200 miliar yuan, atau sekitar Rp 452,85 triliun, dibandingkan bulan sebelumnya. 

Ini pertama kalinya nilai pinjaman di China mengalami penurunan sejak data serupa dirilis pada 2017. Penurunan pinjaman tersebut mencerminkan kontraksi dalam aktivitas pendanaan di negara ini.


Baca Juga: Dolar AS Masih Kuat, Begini Prospek Mata Uang Utama

Bila menganalisa data secara terbatas, mengecualikan data pendanaan negara, penurunan ini merupakan yang pertama sejak Oktober 2005. 

Berdasarkan data yang dianalisa Bloomberg Economics, pemerintah lebih banyak membayar ketimbang menerbitkan surat utang. Ini berkontribusi cukup besar pada penurunan nilai pinjaman di negara ini.

Masyarakat juga tidak banyak mencari pinjaman dari perusahaan keuangan non bank. Pembiayaan dari shadow banking, istilah bagi perusahaan keuangan yang menyalurkan pinjaman di luar sistem perbankan formal, juga mencatat penurunan. 

Total pinjaman baru lembaga keuangan di April cuma 731 miliar yuan, atau sekitar Rp 1,65 kuadriliun, lebih rendah dari proyeksi sebesar 916 miliar yuan. Pertumbuhan pinjaman yang diberikan cuma 9,1%, turun tipis dari 9,2% di Maret.

Genjot obligasi

Toh, tidak semua melihat penurunan pinjaman ini perlu dikhawatirkan. "Data bulan ini masih dapat ditoleransi karena pemerintah akan segera menerbitkan obligasi pemerintah yang sangat panjang, sehingga ekspansi kredit pada Mei dan Juni mungkin dapat mengimbangi data di April," kata Bruce Pang, kepala ekonom Jones Lang LaSalle Inc China, dikutip Bloomberg. 

Bulan lalu, Politbiro China meminta pemerintah China, baik pusat maupun daerah, menggenjot penerbitan obligasi. China sendiri punya target penerbitan obligasi negara 1 triliun yuan di tahun ini.

Cuma tak bisa dipungkiri, aktivitas aktivitas bisnis memang lesu. Ini nampak dari jumlah uang tunai yang beredar dan beberapa giro korporasi turun 1,4% pada April dari tahun sebelumnya. Penurunan ini baru pertama kali terjadi dalam lebih dari dua tahun. 

Pinjaman rumah tangga jangka menengah dan panjang yang jadi representasi pinjaman hipotek, menyusut pada April, sebagai cerminan lemahnya pasar properti.  Pinjaman baru dalam jangka menengah dan panjang kepada perusahaan lebih kecil juga melemah, menunjukkan rendahnya permintaan investasi. 

Baca Juga: Dolar AS Masih Kuat, Begini Prospek Mata Uang Utama

Asumsi lain, di April aktivitas pembiayaan bank melambat karena sudah tidak terburu-buru untuk memenuhi target kredit kuartalan. 

Editor: Avanty Nurdiana