Pertamax dan Pertamax Plus Sepi peminat



JAKARTA. Sudah bukan rahasia, bila belakangan ini kian banyak mobil mewah ikut antre di barisan premium. Mereka ikut-ikutan menyedot bensin bersubsidi lantaran harga pertamax dan pertamax plus sudah sangat mahal.

Alhasil, volume penjualan pertamax terus menurun. Itu bisa dilihat dari data statistik yang dimiliki Pertamina. Penjualan pertamax selama semester I/2008 hanya 127.353 kiloliter, atau anjlok sekitar 35% dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 196.455 kiloliter. Penjualan pertamax plus juga turun menjadi 48.958 kiloliter, atau anjlok 27%, dibanding semester I/2007 yang mencapai 67.443 kiloliter.

Sudah tentu, penyebab turunnya penjualan pertamax dan pertamax plus ini lantaran banyak konsumennya yang migrasi ke premium. Sejak awal bulan ini, bensin kelas atas ini memang turun. Tapi tetap saja harganya menyundul langit. Seliter pertamax masih harus ditebus Rp 8.900, dan Rp 9.100 untuk pertamax plus.


Selisihnya dengan bensin bersubsidi menjadi Rp 2.900 dan Rp 3.100. Padahal, awal tahun lalu, ketika pertamax dan pertamax plus dijual Rp 4.750 dan Rp 4.900, perbedaannya dengan premium tak lebih dari lima ratus perak seliter. Inilah yang membuat pembeli bensin non subsidi menjadi sepi.

Pertamina Tetap optimistis

Lihat saja penjualan Pertamina sepanjang 2007 yang  meleset dari target. Saat itu, Pertamina menargetkan penjualan pertamax sebesar 400.000 kiloliter. Namun yang terealisasi hanya 392.910 kiloliter saja.

Kendati demikian, Pertamina tetap tak berniat merevisi target penjualannya tahun ini yang mencapai 500.000 kiloliter. "Kami tetap optimistis," kata  juru bicara Pertamina Wisnuntoro, hari ini (21/8).

Wisnuntoro bilang, Pertamina serius mengejar target penjualan Pertamax di semester II tahun ini. "Kami sudah siapkan beberapa strategi penjualan," cetusnya. Menurutnya, selain karena banyak konsumen bermigrasi ke premium, penjualan pertamax turun lantaran persaingan mulai ketat.

Menurut Wisnontoro, saat ini operator asing macam Shell dan Petronas  kian gencar membangun stasiun pengisian bahan bakar umum  (SPBU). "Mereka sudah banyak  masuk ke kota-kota besar, terutama di Jakarta. Itu saingan berat kami dalam menjual pertamax," ujarnya.

Manajer Komunikasi Shell Indonesia Fathia Syarif melihat pasar Indonesia tetap menjanjikan. "Kami serius bisnis SPBU dalam penjualan minyak non subsidi," ujarnya, hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie