JAKARTA. PT Pertamina (Persero) berencana membangun 26 stasiun pengisian bahan bakar (SPB) Vi-gas tahun ini. Jika target itu terpenuhi, Pertamina akan mengoperasikan 44 SPB Vi-gas hingga akhir tahun 2015. Vi-gas merupakan produk turunan dari
liquid petroleum gas (LPG) yang dinamakan
liquefied gas for vehicle (LGV), dengan campuran
propane dan
butan. Peruntukan gas tersebut adalah bahan bakar kendaraan. Nah, pilihan lokasi Pertamina adalah delapan stasiun revitalisasi di wilayah Jabodetabek, 14 di Jawa Barat, dua di Jawa Tengah dan dua di Jawa Timur. SPB Vi-Gas itu akan terintegrasi dengan SPBU Pertamina yang sudah ada.
Menurut hitungan Pertamina, pembangunan setiap SPB Vi-gas membutuhkan dana Rp 2 miliar. Dengan begitu, total dana untuk membangun 26 SPB Vi-gas adalah Rp 52 miliar. Karena belum menggandeng investor, perusahaan pelat merah itu mencukupi kebutuhan dana investasi dari kocek pribadi. Bukan tanpa alasan Pertamina ngebet ingin menambah pom gas. Penyebabnya, konsumsi bahan bakar gas yang diharapkan bisa mengurangi ketergantungan bahan bakar minyak (BBM) ternyata masih minim. Selain karena jangkauan SPB Vi-gas yang belum merata, belum banyak konsumen yang tertarik memanfaatkan bahan bakar ini. Selain itu Pertamina mengakui masih ada stigma buruk bahan bakar gas alias BBG. Ini menjadi pengganjal penetrasi pasar bahan bakar itu. "Bahan bakar ini aman dan nanti juga masih bisa diisi BBM, jadi dual fuel mobilnya,’’ tutur
Vice Presiden Domestic Gas Pertamina, Basuki Trikora Putra di Kantor Pertamina, Jumat (6/2). Jalin kerjasama Merasa, respon pasar masih belum menggembirakan, Pertamina berniat menggandeng Organisasi Angkutan Darat (Organda), penyedia jasa layanan taksi dan angkutan kota. Pertamina meneken nota kesepahaman agar perusahaan angkutan umum mau memasang
converter kit, piranti yang memungkinkan kendaraan memakai BBM maupun BBG. Sejauh ini, Pertamina mengaku sudah menggandeng 50.000 angkutan kota dan taksi di Bandung, Jawa Barat. Lantas, perusahaan itu berencana menawarkan kerjasama serupa di Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Solo dan Bali. "Kami juga ingin menjajaki kerja sama dengan taksi Blue Bird dan taksi Express," ujar Basuki.
Harapan Pertamina, strategi itu bisa meningkatkan pertumbuhan konsumsi BBG berkisar 10% - 15% di tahun ini. Sepanjang tahun lalu, penjualan Vi-gas baru mencapai 800 metrik ton. Selain menjaring kendaraan umum, perusahaan itu berharap bisa menjaring pemilik kendaraan pribadi. Hanya saja, Pertamina menduga konsumsi BBG oleh kendaraan pribadi tak akan semasif kendaraan umum, dengan pola kerjasama tadi. Di tengah hasrat mengerek tingkat konsumsi bahan bakar gas, Pertamina menyadari tantangan meningkatkan penjualan Vi-gas. Yang utama adalah harga
converter kit yang mahal, sekitar Rp 15 juta per unit. Alhasil, selisih harga Vigas dengan bahan bakar minyak menjadi terlihat tak menarik. ’’Padahal, Vi-Gas juga unggul dari segi kualitas," ujar Basuki. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina