KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Patra Niaga selaku Sub Holding Commercial and Trading Pertamina akan segera melaksanakan uji coba pasar (market trial) bensin Pertamax bioetanol 5% (E5) di Surabaya, Jawa Timur dalam waktu dekat. Manajemen Pertamina mengakui, market trial ini akan dilaksanakan di sekitar 10 SPBU. Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menyatakan, saat ini pihaknya masih menyiapkan sejumlah hal terkait dengan administratif. “Rencananya (market trial) akan dilakukan di sekitar 10 SPBU di Surabaya,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (24/6).
Saat ini Irto enggan memberikan keterangan lebih lanjut terkait bisnis dari produk teranyar ini.
Baca Juga: Pertamina Berupaya Perbanyak Sumber Bioetanol untuk Kembangkan Bahan Bakar Nabati Yang terang Irto mengungkapkan kadar oktan dalam Pertamax akan naik dari sebelumnya RON 92 menjadi RON 95 dan harganya tetap kompetitif dengan BBM di kelasnya. Berdasarkan riset Kontan.co.id, badan usaha lain yang menjual bensin RON 95 ialah Shell dengan nama produk Shell V Power. Per Juni 2023 harga Shell V Power di kisaran Rp 13.400 per liter hingga Rp 13.690 per liter sesuai dengan lokasi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyatakan, pengembangan bensin dengan campuran bioetanol dinilai sangat baik karena saat ini berbagai negara sudah menggunakannya. “Sekarang saatnya memanfaatkan etanol supaya bisa menjadi alternatif untuk mengurangi bahan bakar minyak (BBM) fosil kita,” jelasnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (23/6). Melalui pencampuran gasoline dengan bioetanol, Arifin mengatakan, kadar oktan pada bensin otomatis akan naik. Dengan bensin yang lebih bersih, tentu akan baik ke mesin kendaraan bermotor. Arifin menyatakan saat ini Pertamina sedang menjalankan proses uji coba. “Sekarang kuantumnya udah memadai belum? Untuk harga, seharusnya tidak mempengaruhi yang ada sekarang,” ujarnya.
Baca Juga: Mulai Uji Coba BBM Anyar, Kapasitas Produksi Bioetanol Dalam Negeri Baru 40 Ribu KL Dalam pengembangan bensin E5 ini, Arifin meminta agar jangan sampai disubsidi. “Kalau bisa jangan sampai lah subsidi, jadi harus matang, masa subsidi lagi Pertamax,” terangnya. Dalam catatan Kementerian ESDM, program bioetanol tebu untuk ketahanan energi diproyeksikan dapat menjadi solusi peningkatan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40.000 kiloliter di tahun 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter di tahun 2030 dan menjadi potensi campuran BBM jenis minyak bensin. Hal ini didasarkan pada studi yang dilakukan di Brazil, energi yang dihasilkan dari 1 ton tebu setara dengan 1,2 barel crude oil. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi