KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah penantian panjang, Bursa Karbon Indonesia alias IDXCarbon akan diresmikan pada 26 September 2023 oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Gedung Bursa Efek Indonesia. Implementasi bursa karbon di Indonesia akan dinakhodai oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Tak main-main, BEI telah melakukan persiapan sejak awal 2022. Persiapan yang dilakukan BEI pun beragam, mulai menggelar kajian, melakukan studi banding dengan negara lain hingga melakukan diskusi dan komunikasi dengan lembaga dan kementerian terkait bursa karbon.
BEI juga telah merancang seperangkat sistem dan aturan turunan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No 14 Tahun 2013 tentang tentang Perdagangan Karbon melalui Bursa Karbon.
Baca Juga: Bursa Karbon Diresmikan Besok, PGEO Hingga Anak Usaha PLN Kantongi SPE-GRK Jam perdagangan bursa karbon, agak sedikit berbeda jika dibandingkan dengan bursa saham. Jam perdagangan akan berlangsung dari 09:00 sampai 15:00 WIB tanpa jeda istirahat. Adapun dalam peresmian besok Selasa (25/9), BEI belum mau membeberkan secara rinci pihak yang akan berpartisipasi dalam perdagangan perdana bursa karbon. Namun BEI telah menyiapkan pihak-pihak yang akan bertransaksi. Ignatius Denny Wicaksono, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia menjelaskan pada perdagangan normal, nama pembeli akan disamarkan, tapi nama penjual akan terpampang. Khusus untuk perdagangan perdana, nama para pembeli akan diumumkan. Ignatius bilang setidaknya sudah ada 10 perusahaan yang mendaftar di perdagangan perdana bursa karbon.
Baca Juga: Biaya Transaksi Bursa Karbon Diskon 50% Hingga Akhir Oktober 2023 "Sudah ada 10 perusahaan yang mendaftar (sebagai pembeli) di perdagangan perdana, dari sektor keuangan maupun sektor riil," jelas dia baru-baru ini. Ignatius mengatakan dari sisi
supply unit, hanya ada satu produk berasal dari Pertamina dengan proyek
geothermal atau energi panas bumi. "Perdagangan perdana ini cuma ada satu barang dari Pertamina harganya di kisaran Rp 75.000 per ton CO2e," kata dia.
Baca Juga: OJK Sebut Tingginya Biaya Teknologi Jadi Persoalan Menuju SDG’s Partisipasi dari Pertamina
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah mengatakan Pertamina Group akan berpartisipasi di bursa karbon melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI). "Untuk saat ini, kami berpartisipasi melalui PPI. Karbon kredit yang kami hasilkan di-
offtake oleh Pertamina Power Indonesia," jelas Nelwin saat dikonfirmasi Kontan, Senin (25/9). Adapun PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
PGEO) telah menerima SPE-GRK. PGEO mendaftarkan kegiatan unit usaha Proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6. Dengan proyek yang sama, PGEO menggenggam lima SPE RGK yang diterbitkan pada 23 September 2023. Sementara PGEO 21.259 unit PSE yang tersedia untuk ditransaksikan.
Baca Juga: Jelang Perilisan Bursa Karbon, Saham-Saham Perusahaan EBT Dapat Sentimen Positif Nelwin menjelaskan unit karbon dari area Lahendong yang telah memiliki SPE-GRK oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang akan di-
offtake oleh PPI. PT Pertamina Power Indonesia yang merupakan Subholding New & Renewable Energy Pertamina (Pertamina NRE) enggan berkomentar banyak saat dihubungi Kontan. Sekretaris Perusahaan Pertamina NRE Dicky Septriadi menyampaikan sebuah informasi secara lengkap baru akan bisa disampaikan besok Rabu (25/9). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati