JAKARTA. Baru-baru ini, publik dikagetkan oleh adanya berita soal kecurangan dalam pengisian tabung gas elpiji 3 kg milik Pertamina. Elpiji yang menjadi bagian dari program konversi minyak tanah tersebut yang sudah ada sejak 2007, dan dicurigai adanya kecurangan Pertamina dari sisa gas dalam tabung yang tidak habis dipakai masyarakat. "Selama ini kalau kita mengembalikan tabung kosong, itu masih ada sisa sekitar 5% - 10% di dalamnya, jadi selanjutnya Pertamina mengisi tidak sampai 3 kg. Nah, kekurangannya itu tidak tahu larinya ke mana," klaim mantan Ketua Tim Reformasi Anti Mafia Migas Faisal Basri dalam acara diskusi INDEF "Carut Marut Tata Kelola Migas," pekan lalu (26/5). Tak hanya itu, Faisal juga melihat keganjilan lain terhadap biaya filling fee tabung elpiji 3 kg yang tidak pernah naik sejak pertama diluncurkan, yaitu Rp 310 per kg. Kecurigaannya pun berujung pada larangan Pertamina kepada orang atau agen yang menimbang ulang tabung elpiji. Mendengar hal ini, Pertamina jelas tak lantas diam. Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, membantah tuduhan Faisal terhadap Pertamina. Ia mengklaim Pertamina tidak pernah sengaja menyisakan gas dalam tabung elpiji 3 kg, untuk nantinya keuntungan tersebut dibagi-bagi dengan pihak dari Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE). "Kalau pun ada sisa dalam tabung, itu berupa vapour dan tidak mungkin sampai 5 persen. Lagipula, vapour itu hanya zat untuk menekan cairan gas ke atas supaya bisa dipakai masak. Vapour sendiri bukan bahan bakar, tidak ada daya jualnya juga," ujar Wianda, Jumat (29/5). Manager Area Domestik Gas Marketing Operasional Region III, Arie Anggoro, juga menambahkan vapour yang terdapat dalam tabung gas pun paling banyak sebesar 50 gram. "Jadi kalau ingat kompor minyak yang dipompa baru bisa nyala, nah anginnya itu vapour. Tapi liquidnya itu nggak terpengaruh. Sehingga tidak ada komposisinya," ujar Arie saat mendemonstrasikan pengisian tabung elpiji 3kg di SPBE PT Batavia Jaya Energi, Jakarta (29/5). Menanggapi soal filling fee yang tidak pernah naik, Wianda juga menjelaskan bahwa sejak tahun 2013 Pertamina sudah mengusulkan untuk menaikkan harga karena subsidi (dari pemerintah) baru masuk di saat proses barang sudah jadi. "Untuk biaya perawatan dan inflasi kita (Pertamina) sendiri yang tanggung. Jadi kalau ada penyimpangan, kita sendiri yang rugi," jelas Wianda. Wianda juga menegaskan Pertamina tidak pernah melarang konsumen atau agen menimbang ulang tabung elpiji. Ketua Koordinator Wilayah Elpiji wilayah Jakarta Timur Brando Sutanto, menambahkan Pertamina justru mewajibkan seluruh saluran distribusi memiliki timbangan, di agen, di pangkalan, bahkan sampai di warung. "Mereka itu harus bisa menimbang dan kalau ada klaim langsung ditimbang di situ asalkan segelnya belum dibuka. Ditukarkan pun boleh kalau memang itu kurang dari 3 kg. Jadi semua metode dicoba, ditimbang. Lalu kalau mau ada penukaran pun kita terima asal belum terbuka," ujar Brandon. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pertamina bantah tudingan curang di elpiji 3 kg
JAKARTA. Baru-baru ini, publik dikagetkan oleh adanya berita soal kecurangan dalam pengisian tabung gas elpiji 3 kg milik Pertamina. Elpiji yang menjadi bagian dari program konversi minyak tanah tersebut yang sudah ada sejak 2007, dan dicurigai adanya kecurangan Pertamina dari sisa gas dalam tabung yang tidak habis dipakai masyarakat. "Selama ini kalau kita mengembalikan tabung kosong, itu masih ada sisa sekitar 5% - 10% di dalamnya, jadi selanjutnya Pertamina mengisi tidak sampai 3 kg. Nah, kekurangannya itu tidak tahu larinya ke mana," klaim mantan Ketua Tim Reformasi Anti Mafia Migas Faisal Basri dalam acara diskusi INDEF "Carut Marut Tata Kelola Migas," pekan lalu (26/5). Tak hanya itu, Faisal juga melihat keganjilan lain terhadap biaya filling fee tabung elpiji 3 kg yang tidak pernah naik sejak pertama diluncurkan, yaitu Rp 310 per kg. Kecurigaannya pun berujung pada larangan Pertamina kepada orang atau agen yang menimbang ulang tabung elpiji. Mendengar hal ini, Pertamina jelas tak lantas diam. Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, membantah tuduhan Faisal terhadap Pertamina. Ia mengklaim Pertamina tidak pernah sengaja menyisakan gas dalam tabung elpiji 3 kg, untuk nantinya keuntungan tersebut dibagi-bagi dengan pihak dari Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE). "Kalau pun ada sisa dalam tabung, itu berupa vapour dan tidak mungkin sampai 5 persen. Lagipula, vapour itu hanya zat untuk menekan cairan gas ke atas supaya bisa dipakai masak. Vapour sendiri bukan bahan bakar, tidak ada daya jualnya juga," ujar Wianda, Jumat (29/5). Manager Area Domestik Gas Marketing Operasional Region III, Arie Anggoro, juga menambahkan vapour yang terdapat dalam tabung gas pun paling banyak sebesar 50 gram. "Jadi kalau ingat kompor minyak yang dipompa baru bisa nyala, nah anginnya itu vapour. Tapi liquidnya itu nggak terpengaruh. Sehingga tidak ada komposisinya," ujar Arie saat mendemonstrasikan pengisian tabung elpiji 3kg di SPBE PT Batavia Jaya Energi, Jakarta (29/5). Menanggapi soal filling fee yang tidak pernah naik, Wianda juga menjelaskan bahwa sejak tahun 2013 Pertamina sudah mengusulkan untuk menaikkan harga karena subsidi (dari pemerintah) baru masuk di saat proses barang sudah jadi. "Untuk biaya perawatan dan inflasi kita (Pertamina) sendiri yang tanggung. Jadi kalau ada penyimpangan, kita sendiri yang rugi," jelas Wianda. Wianda juga menegaskan Pertamina tidak pernah melarang konsumen atau agen menimbang ulang tabung elpiji. Ketua Koordinator Wilayah Elpiji wilayah Jakarta Timur Brando Sutanto, menambahkan Pertamina justru mewajibkan seluruh saluran distribusi memiliki timbangan, di agen, di pangkalan, bahkan sampai di warung. "Mereka itu harus bisa menimbang dan kalau ada klaim langsung ditimbang di situ asalkan segelnya belum dibuka. Ditukarkan pun boleh kalau memang itu kurang dari 3 kg. Jadi semua metode dicoba, ditimbang. Lalu kalau mau ada penukaran pun kita terima asal belum terbuka," ujar Brandon. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News