Pertamina bidik bisnis ESS untuk suplai energi PLTS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina menargetkan sejumlah strategi bisnis di sektor green energy dalam beberapa tahun ke depan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan salah satu potensi bisnis yang dilirik yakni Energy Storage System (ESS) guna memenuhi kebutuhan suplai listrik Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). "ESS ini potensinya besar di Indonesia, Pertamina akan masuk kesana," kata Nicke dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (14/2).

Sebelumnya, dalam agenda Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Nicke mengungkapkan potensi ESS bahkan dilirik perusahaan asal Amerika Serikat, Tesla. Menurutnya, Tesla masuk ke Indonesia justru untuk bisnis ESS dan bukan EV Battery. "Tesla datang ke Indonesia buat ESS bukan di EV Battery, dia lihat potensinya ada. ESS ini pasar besar," ujar Nicke pekan lalu.


Rencana pengembangan PLTS dan infrastruktur pendukungnya selama ini memang telah dilakukan Pertamina. Tercatat, Pertamina telah membangun PLTS di Kilang Badak dengan kapasitas 4 MW. Kemudian dilanjutkan konstruksi PLTS beberapa area kilang lainnya seperti di Dumai dan Cilacap serta Sei Mangkei. 

Akhir tahun lalu, Pertamina telah memasang Solar Rooftop di 63 SPBU. Upaya ini akan terus berlanjut ke tahun-tahun berikutnya dengan target seluruh SPBU dan fasilitas operasional Pertamina lainnya di seluruh Indonesia.

Adapun, secara umum untuk bisnis EV Battery Nicke mengungkapkan Pertamina bersama BUMN lainnya bakal membentuk JV Indonesia Battery Holding (IBH). Nicke mengungkapkan, BUMN akan menjalankan tujuh tahapan penting, yakni mining, refining, precursor plant, cathode plant, battery cell, battery pack, dan recycling.

Baca Juga: Pertamina berkomitmen percepat industri kendaraan listrik di Indonesia

Pertamina akan bergerak pada empat lini tengah yakni, precursor, cathode, battery cell, dan battery pack. Sementara pada tahap recycling, Pertamina akan bersinergi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Adapun di sektor hulu, akan menjadi lingkup kerja PT Antam Tbk bersama PT Inalum. 

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia, Heru Setiawan, menyampaikan bahwa pihaknya akan berkontribusi pada proses tengah (intermediatte) hingga ke hilir. Yakni dalam proses pembuatan precursor, katoda, battery cell serta battery pack.

"Kita siap investasinya. Kita akan berpartisipasi dengan provider yang menguasai teknologi sekaligus marketnya. Juga ada transfer teknologi," ungkap Heru dalam media talk yang digelar secara daring, Selasa (2/2).

Sebagai negara dengan cadangan dan penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi pasokan hingga 15 juta ton per tahun. Oleh sebab itu, Pertamina pun optimistis bisa mengoptimalkan pasokan tersebut dengan membangun pabrik bateri dalam negeri hingga kapasitas 140 Gigawatt hour (GWh).

Dengan potensi sebesar itu, Heru pun yakin Pertamina dan IBC bisa mengisi global supply chain yang memasok ke produsen kendaraan listrik skala global. "Kita harapkan akan menjadi global supply chain dan akan menjadi supply untuk produsen mobil listrik dari Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik," katanya.

Namun pada tahap awal, dia menjelaskan bahwa baterai yang akan diproduksi akan menyasar motor listrik. Menurutnya, pergeseran Electric Vehicle (EV) di Indonesia akan lebih cepat melalui motor. Meski pun pabrik battery cell belum sepenuhnya jadi. Nantinya Pertamina akan membuat battery pack.

Sedangkan untuk battery pack sementara akan diimpor dengan jumlah terbatas sebagai pengenalan produk. "Begitu setahun berikutnya battery cell jadi, nanti kita akan dapatkan battery cell dari pabrikan di dalam negeri," imbuh Heru.

Selanjutnya: Tesla investasi US$ 1,5 miliar di bitcoin dan siap terima pembayaran dalam bitcoin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .