JAKARTA. PT Pertamina akhirnya menambah jumlah kontraktor pelaksana proyek peningkatan produksi minyak melalui mekanisme pengurasan tahap lanjutan alias enhanced oil recovery (EOR) di seluruh ladang minyak dan gas milik anak usahanya, PT Pertamina EP. Penambahan ini bak menepis anggapan bahwa proyek EOR ini hanya digarap satu kontraktor. Sebelumnya, KONTAN edisi 30 Mei 2013 membeberkan, Pertamina menunjuk langsung hanya satu kontraktor EOR, yakni Daqing Enterprise International (DQE) dari China. Penunjukan kontraktor tunggal ini kabarnya merupakan titah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Proyek EOR ini terbilang proyek jumbo. Ada sekitar 43 lapangan migas milik Pertamina EP yang menjadi target proyek EOR. Estimasi kebutuhan dana satu proyek EOR minimal US$ 15 juta. Ini angka paling murah, lo. Dengan kebutuhan yang paling minimal itu saja, total nilai proyek EOR di ladang migas Pertamina EP ini sekitar US$ 645 juta alias sekitar Rp 6 triliun.
Pertamina bingung tentukan kontraktor EOR
JAKARTA. PT Pertamina akhirnya menambah jumlah kontraktor pelaksana proyek peningkatan produksi minyak melalui mekanisme pengurasan tahap lanjutan alias enhanced oil recovery (EOR) di seluruh ladang minyak dan gas milik anak usahanya, PT Pertamina EP. Penambahan ini bak menepis anggapan bahwa proyek EOR ini hanya digarap satu kontraktor. Sebelumnya, KONTAN edisi 30 Mei 2013 membeberkan, Pertamina menunjuk langsung hanya satu kontraktor EOR, yakni Daqing Enterprise International (DQE) dari China. Penunjukan kontraktor tunggal ini kabarnya merupakan titah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Proyek EOR ini terbilang proyek jumbo. Ada sekitar 43 lapangan migas milik Pertamina EP yang menjadi target proyek EOR. Estimasi kebutuhan dana satu proyek EOR minimal US$ 15 juta. Ini angka paling murah, lo. Dengan kebutuhan yang paling minimal itu saja, total nilai proyek EOR di ladang migas Pertamina EP ini sekitar US$ 645 juta alias sekitar Rp 6 triliun.