LONDON. Kisruh PT Pertamina (Persero) dengan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) terkait keputusan perpanjangan kontrak eksplorasi Blok West Madura, ternyata menimbulkan masalah bagi kerjasama proyek eksplorasi lainnya. Kerjasama proyek minyak Angola dengan ExxonMobile senilai US$ 3,5 miliar terancam terhambat, setelah muncul masalah antara Pertamina dengan CNOOC ini. Tadinya Pertamina akan menggandeng CNOOC untuk bisa mendapatkan kontrak Angola dengan ExxonMobile itu. "Kedua hal ini saling terkait," ujar pihak yang mengetahui masalah ini. Exxon mulai cemas apakah proses kesepakatan kepemilikan saham yang saat ini dimiliki BP sebesar 26,7% dan 20% milik perusahaan minyak Angola ini bisa berjalan mulus. Direksi Pertamina tentu keberatan jika harus menanggung seluruh biaya untuk bisa mendapatkan bagian proyek blok minyak di Angola. Masalah Pertamina dengan CNOOC muncul setelah Pertamina mengumumkan bahwa Pertamina ternyata menguasai 80% saham di Blok West Madura. Artinya, kepemilikan saham CNOOC yang tadinya telah disepakati sebesar 25% terpangkas menjadi hanya sebesar 10%. Padahal sebelumnya, Pertamina telah menandatangani perjanjian dengan CNOOC pada 12 April lalu di China bahwa Pertamina hanya akan menguasai 65% saham, dan CNOOC akan mendapatkan 25% saham dalam proyek West Madura itu. Sebagai jawabannya, CNOOC akhirnya menolak untuk menerima keputusan Pertamina dan menyatakan mundur sebagai salah satu pemegang saham di Blok West Madura. Kini, saham Blok West Madura sebesar 80% dimiliki Pertamina, 10% milik Kodeco Energy Co. Ltd., sebagai operator dan 10% sisanya milik PT Sinergindo Citra Harapan.
Pertamina dan CNOOC berselisih, Exxon cemas proyek minyak di Angola terancam
LONDON. Kisruh PT Pertamina (Persero) dengan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) terkait keputusan perpanjangan kontrak eksplorasi Blok West Madura, ternyata menimbulkan masalah bagi kerjasama proyek eksplorasi lainnya. Kerjasama proyek minyak Angola dengan ExxonMobile senilai US$ 3,5 miliar terancam terhambat, setelah muncul masalah antara Pertamina dengan CNOOC ini. Tadinya Pertamina akan menggandeng CNOOC untuk bisa mendapatkan kontrak Angola dengan ExxonMobile itu. "Kedua hal ini saling terkait," ujar pihak yang mengetahui masalah ini. Exxon mulai cemas apakah proses kesepakatan kepemilikan saham yang saat ini dimiliki BP sebesar 26,7% dan 20% milik perusahaan minyak Angola ini bisa berjalan mulus. Direksi Pertamina tentu keberatan jika harus menanggung seluruh biaya untuk bisa mendapatkan bagian proyek blok minyak di Angola. Masalah Pertamina dengan CNOOC muncul setelah Pertamina mengumumkan bahwa Pertamina ternyata menguasai 80% saham di Blok West Madura. Artinya, kepemilikan saham CNOOC yang tadinya telah disepakati sebesar 25% terpangkas menjadi hanya sebesar 10%. Padahal sebelumnya, Pertamina telah menandatangani perjanjian dengan CNOOC pada 12 April lalu di China bahwa Pertamina hanya akan menguasai 65% saham, dan CNOOC akan mendapatkan 25% saham dalam proyek West Madura itu. Sebagai jawabannya, CNOOC akhirnya menolak untuk menerima keputusan Pertamina dan menyatakan mundur sebagai salah satu pemegang saham di Blok West Madura. Kini, saham Blok West Madura sebesar 80% dimiliki Pertamina, 10% milik Kodeco Energy Co. Ltd., sebagai operator dan 10% sisanya milik PT Sinergindo Citra Harapan.