JAKARTA. PT Pertamina (Persero) menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi semester II 2015. Pertamina tetap mencari sumber minyak dan gas bumi di beberapa wilayah di Indonesia dan menggunakan lebih banyak kapal sendiri untuk efisiensi. Pertamina melalui anak usahanya Pertamina EP juga mentargetkan pemboran 9 sumur lagi. Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini anak usahanya yaitu Pertamina EP merencanakan survei seismic sepanjang 1.167 km. Mulai dari area Sumatera sampai Papua dengan berbagai macam survei. Targetnya nanti, ada 5 sumur wildcat. Itu adalah sumur yang dibor kali pertama untuk mendapatkan potensi migas pada lokasi baru. ’’Total target, 9 sumur. Termasuk 4 sumur deliniasi yang bertujuan untuk mencari batas-batas penyebaran migas pada lapisan penghasilnya,’’ ujarnya, Minggu (28/6). Sampai akhir tahun nanti, kalau semuanya lancar diharapkan bisa mendapatkan cadangan 90 juta barel minyak ekuivalen (MMBOE). Dwi bilang, rinciannya, minyak sebesar 22 juta barel minyak mentah (MMBO), dan gas bumi sebesar 390 miliar standar kaki kubik (BSCF). Meski kondisi perusahaan migas sedang goyah karena anjloknya harga minyak, perseroan disebutnya tidak boleh diam saja. ’’Nafas ketahanan energi itu ada di penemuan cadangan,’’ ucapnya. Itulah kenapa meski tidak merinci berapa anggaran investasi untuk kegiatan seismic dan ekplorasi 9 sumur, Dwi menyebut ketahanan energi tidak boleh terganggu. Lebih lanjut dia menjelaskan, di beberapa lokasi survei seismic memang sudah dilakukan. Misalnya di lapangan Bunyu, Bulungan, Kalimantan Utara yang sudah pernah dilakukan pada 1949, 1969, 2005 dan 2012. ’’Teknologi terus berkembang, jadi bisa memperoleh data cadangan sumber migas yang semakin akurat,’’ tuturnya. Sedangkan terkait efisiensi, Pertamina menggunakan kapal milik sendiri untuk mengangkut minyak. Bulan ini, sedikitnya sudah tiga kali minyak mentah yang diangkut kapal sendiri untuk diolah di kilang Pertamina. Kapal MT Gamalama yang berjenis Long Range sudah kali mengangkut dari Malaysia. ’’Dari Terminal Kidurong 576.336 barel, dan Terminal Kikeh sebesar 600.141 barel,’’ terang Vice President Corporate PT Pertamina Wianda Pusponegoro. Satu rute lainnya, diangkut oleh MT Gunung Geulis sebesar 574.812 barel dari Terminal Kikeh, pada 1 Juni 2015. Selama 12 hari perjalanan, dan bersandar di pelabuhan khusus RU IV Cilacap. Wianda menambahkan, selama kuartal I 2015, efisiensi dari penggunaan armada kapal sendiri memberikan penghematan sekitar USD 22 juta atau sekitar Rp 287 miliar. Dia yakin, efisiensi bisa jauh lebih besar sampai akhi 2015. Alasannya, Pertamina memiliki 200 kapal yang terdiri 136 kapal sewa dan 64 kapal milik sendiri. Rencananya, untuk meningkatkan efisiensi Pertamina akan menambah 26 kapal milik sendiri. Jadi, total jumlahnya menjadi 90 kapal milik sendiri. ’’Optimalisasi armada milik sendiri penting ditingkatkan di tengah menurunnya harga minyak dunia,’’ tuturnya.
Pertamina EP mentargetkan pemboran 9 sumur baru
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi semester II 2015. Pertamina tetap mencari sumber minyak dan gas bumi di beberapa wilayah di Indonesia dan menggunakan lebih banyak kapal sendiri untuk efisiensi. Pertamina melalui anak usahanya Pertamina EP juga mentargetkan pemboran 9 sumur lagi. Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini anak usahanya yaitu Pertamina EP merencanakan survei seismic sepanjang 1.167 km. Mulai dari area Sumatera sampai Papua dengan berbagai macam survei. Targetnya nanti, ada 5 sumur wildcat. Itu adalah sumur yang dibor kali pertama untuk mendapatkan potensi migas pada lokasi baru. ’’Total target, 9 sumur. Termasuk 4 sumur deliniasi yang bertujuan untuk mencari batas-batas penyebaran migas pada lapisan penghasilnya,’’ ujarnya, Minggu (28/6). Sampai akhir tahun nanti, kalau semuanya lancar diharapkan bisa mendapatkan cadangan 90 juta barel minyak ekuivalen (MMBOE). Dwi bilang, rinciannya, minyak sebesar 22 juta barel minyak mentah (MMBO), dan gas bumi sebesar 390 miliar standar kaki kubik (BSCF). Meski kondisi perusahaan migas sedang goyah karena anjloknya harga minyak, perseroan disebutnya tidak boleh diam saja. ’’Nafas ketahanan energi itu ada di penemuan cadangan,’’ ucapnya. Itulah kenapa meski tidak merinci berapa anggaran investasi untuk kegiatan seismic dan ekplorasi 9 sumur, Dwi menyebut ketahanan energi tidak boleh terganggu. Lebih lanjut dia menjelaskan, di beberapa lokasi survei seismic memang sudah dilakukan. Misalnya di lapangan Bunyu, Bulungan, Kalimantan Utara yang sudah pernah dilakukan pada 1949, 1969, 2005 dan 2012. ’’Teknologi terus berkembang, jadi bisa memperoleh data cadangan sumber migas yang semakin akurat,’’ tuturnya. Sedangkan terkait efisiensi, Pertamina menggunakan kapal milik sendiri untuk mengangkut minyak. Bulan ini, sedikitnya sudah tiga kali minyak mentah yang diangkut kapal sendiri untuk diolah di kilang Pertamina. Kapal MT Gamalama yang berjenis Long Range sudah kali mengangkut dari Malaysia. ’’Dari Terminal Kidurong 576.336 barel, dan Terminal Kikeh sebesar 600.141 barel,’’ terang Vice President Corporate PT Pertamina Wianda Pusponegoro. Satu rute lainnya, diangkut oleh MT Gunung Geulis sebesar 574.812 barel dari Terminal Kikeh, pada 1 Juni 2015. Selama 12 hari perjalanan, dan bersandar di pelabuhan khusus RU IV Cilacap. Wianda menambahkan, selama kuartal I 2015, efisiensi dari penggunaan armada kapal sendiri memberikan penghematan sekitar USD 22 juta atau sekitar Rp 287 miliar. Dia yakin, efisiensi bisa jauh lebih besar sampai akhi 2015. Alasannya, Pertamina memiliki 200 kapal yang terdiri 136 kapal sewa dan 64 kapal milik sendiri. Rencananya, untuk meningkatkan efisiensi Pertamina akan menambah 26 kapal milik sendiri. Jadi, total jumlahnya menjadi 90 kapal milik sendiri. ’’Optimalisasi armada milik sendiri penting ditingkatkan di tengah menurunnya harga minyak dunia,’’ tuturnya.