KONTAN.CO.ID - BANDUNG. PT Pertamina EP tengah berjuang mempertahankan produksi migas. Salah satu caranya dengan mempercepat produksi migas dari lapangan-lapangan baru. Direktur Eksplorasi & Penemuan Cadangan Baru Pertamina EP, A. Alfian Husein mengatakan saat ini Pertamina EP hanya membutuhkan waktu tiga tahun untuk eksplorasi hingga onstream. Padahal proyek-proyek migas di Indonesia rata-rata membutuhkan waktu di atas 10 tahun mulai dari masa eksplorasi hingga produksi pertama. Pertamina EP bisa melakukan percepatan produksi dari lapangan-lapangan migas baru ini karena lapangan tersebut dekat dengan lapangan existing. Dengan begitu, sudah ada fasilitas produksi yang bisa dimanfaatkan bersama di lapangan existing. Saat ini pun sudah terdapat dua proyek di Field 3 Subang yang tengah dipercepat agar bisa segera onstream. Armand Mel I Hukom, Subang Field Manager mengatakan kedua proyek tersebut adalah proyek Bambu Besar di Kabupaten Kerawang dan Proyek Jati Asih Kompleks di Kabupaten Subang. Mel bilang kedua proyek tersebut seharusnya dikerjakan pada tahun 2018. Namun dengan dukungan dari SKK Migas, kedua proyek tersebut bisa dipercepat pengerjannya pada semester II 2017. Saat ini Pertamina EP Field 3 Subang pun sudah melakukan pengeboran di lima sumur dari target enam sumur di Proyek Jati Asih Kompleks dan Bambu Besar. Mel menyebut sumur keenam akan mulai dikerjakan pada tahun 2018. "Di Jati Asih dan Bambu Besar itu kami ada lima sumur dari enam sumur yang kami akselerasi. Satu sumur kami terpaksa bawa di tahun 2018, lima sumur on going, ada yang dalam pengerjaan pengeboran, ada yang sedang mobilisasi pengeborannya,"ujar Mel pada Selasa (24/10). Biarpun begitu, Mel optimis kedua proyek tersebut bisa onstream dalam waktu dekat. Produksi pertama akan dilakukan bertahap di tiap sumur. Sejauh ini pun hasil dari pengeboran salah satu sumur di Proyek Jati Asih Kompleks menunjukkan hasil yang cukup lumayan. Untuk satu sumur bisa memproduksi 200-250 barrel oil per day(BOPD). Maka tidak heran jika Mel menyebut untuk onstream hanya diperlukan waktu 70 hari. Dia pun optimis pada pertengahan Desember sudah ada sumur yang bisa berproduksi. Bahkan Alfian menargetkan salah satu sumur di proyek Bambu besar sudah bisa produki pada pekan ini. Sementara untuk seluruh sumur dari kedua proyek tersebut ditargetkan sudah bisa onstream pada tahun depan. Dengan adanya percepatan produksi ini , Alfian yakin akan ada kontribusi yang lebih cepat bagi perseroan dan negara. "Satu sumur kami ingin itu bagian dari quick yield. Ada hasilnya terhadap perusahaan, kontribusi terhadap negara,"ujar Alfian. Terus eksplorasi Selain mempercepat produksi dari lapangan-lapangan migas baru, Alfian juga bilang Pertamina EP terus melakukan eksplorasi agar bisa terus mendapatkan penemuan cadangan-cadangan migas baru. Saat ini Pertamina EP tengah melakukan survei seismik 3D di Lapangan Klamono,Sorong, Papua. Selain untuk menemukan cadangan migas baru, survei seismik 3D ini juga akan digunakan sebagai acuan penggunaan Enhanced Oil Recovery (EOR) di Lapangan Klamono. Pasalnya produksi lapangan tersebut hanya mencapai 900-1200 BOPD. "Dengan produksi segitu kami lakukan upaya-upaya eksplorasi, salah satunya 3D seismik. Satu untuk pencarian cadangan migas baru, satu untuk kepentingan EOR karena Lapangan Klamono sudah tua. Untuk EOR mustahil lakukan engineering yang komprehensif tanpa 3D seismik yang detail," jelas Alfian. Pertamina EP berencan akan melakukan survei seismik 3D sekitar 300 kilometer persegi (m2) dengan 49.000 shot point (titik ledak). Untuk survei seismik 3D ini akan berlangsung dari 2017 hingga kuartal 3 2018. Selain di Lapangan Klamono, Alfian juga bilang Pertamina EP telah melakukan survei sesimik di Bintuni, Papua, dan beberapa lapangan migas di Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, Pertamina EP juga melakukan pengeboran sumur eksplorasi. Dari target 12 sumur, saat ini Pertamina EP sudah menyelesaikan pengeboran eksplorasi di sembilan sumur. Namun sayangnya hasil dari pengeboran eksplorasi tersebut masih belum menggembirakan bagi anak usaha Pertamina ini. "Sudah mulai ada temuan eksplorasi, tapi baru sekitar 70 mmboe. Tentu ini masih di bawah target," kata Alfian. Biarpun begitu, Alfian mengatakan Pertamina akan terus melakukan pengeboran sumur eksplrorasi dengan harapan akan ada penemuan cadangan baru untuk diproduksi pada tahun-tahun mendatang.
Pertamina EP percepat perburuan cadangan baru
KONTAN.CO.ID - BANDUNG. PT Pertamina EP tengah berjuang mempertahankan produksi migas. Salah satu caranya dengan mempercepat produksi migas dari lapangan-lapangan baru. Direktur Eksplorasi & Penemuan Cadangan Baru Pertamina EP, A. Alfian Husein mengatakan saat ini Pertamina EP hanya membutuhkan waktu tiga tahun untuk eksplorasi hingga onstream. Padahal proyek-proyek migas di Indonesia rata-rata membutuhkan waktu di atas 10 tahun mulai dari masa eksplorasi hingga produksi pertama. Pertamina EP bisa melakukan percepatan produksi dari lapangan-lapangan migas baru ini karena lapangan tersebut dekat dengan lapangan existing. Dengan begitu, sudah ada fasilitas produksi yang bisa dimanfaatkan bersama di lapangan existing. Saat ini pun sudah terdapat dua proyek di Field 3 Subang yang tengah dipercepat agar bisa segera onstream. Armand Mel I Hukom, Subang Field Manager mengatakan kedua proyek tersebut adalah proyek Bambu Besar di Kabupaten Kerawang dan Proyek Jati Asih Kompleks di Kabupaten Subang. Mel bilang kedua proyek tersebut seharusnya dikerjakan pada tahun 2018. Namun dengan dukungan dari SKK Migas, kedua proyek tersebut bisa dipercepat pengerjannya pada semester II 2017. Saat ini Pertamina EP Field 3 Subang pun sudah melakukan pengeboran di lima sumur dari target enam sumur di Proyek Jati Asih Kompleks dan Bambu Besar. Mel menyebut sumur keenam akan mulai dikerjakan pada tahun 2018. "Di Jati Asih dan Bambu Besar itu kami ada lima sumur dari enam sumur yang kami akselerasi. Satu sumur kami terpaksa bawa di tahun 2018, lima sumur on going, ada yang dalam pengerjaan pengeboran, ada yang sedang mobilisasi pengeborannya,"ujar Mel pada Selasa (24/10). Biarpun begitu, Mel optimis kedua proyek tersebut bisa onstream dalam waktu dekat. Produksi pertama akan dilakukan bertahap di tiap sumur. Sejauh ini pun hasil dari pengeboran salah satu sumur di Proyek Jati Asih Kompleks menunjukkan hasil yang cukup lumayan. Untuk satu sumur bisa memproduksi 200-250 barrel oil per day(BOPD). Maka tidak heran jika Mel menyebut untuk onstream hanya diperlukan waktu 70 hari. Dia pun optimis pada pertengahan Desember sudah ada sumur yang bisa berproduksi. Bahkan Alfian menargetkan salah satu sumur di proyek Bambu besar sudah bisa produki pada pekan ini. Sementara untuk seluruh sumur dari kedua proyek tersebut ditargetkan sudah bisa onstream pada tahun depan. Dengan adanya percepatan produksi ini , Alfian yakin akan ada kontribusi yang lebih cepat bagi perseroan dan negara. "Satu sumur kami ingin itu bagian dari quick yield. Ada hasilnya terhadap perusahaan, kontribusi terhadap negara,"ujar Alfian. Terus eksplorasi Selain mempercepat produksi dari lapangan-lapangan migas baru, Alfian juga bilang Pertamina EP terus melakukan eksplorasi agar bisa terus mendapatkan penemuan cadangan-cadangan migas baru. Saat ini Pertamina EP tengah melakukan survei seismik 3D di Lapangan Klamono,Sorong, Papua. Selain untuk menemukan cadangan migas baru, survei seismik 3D ini juga akan digunakan sebagai acuan penggunaan Enhanced Oil Recovery (EOR) di Lapangan Klamono. Pasalnya produksi lapangan tersebut hanya mencapai 900-1200 BOPD. "Dengan produksi segitu kami lakukan upaya-upaya eksplorasi, salah satunya 3D seismik. Satu untuk pencarian cadangan migas baru, satu untuk kepentingan EOR karena Lapangan Klamono sudah tua. Untuk EOR mustahil lakukan engineering yang komprehensif tanpa 3D seismik yang detail," jelas Alfian. Pertamina EP berencan akan melakukan survei seismik 3D sekitar 300 kilometer persegi (m2) dengan 49.000 shot point (titik ledak). Untuk survei seismik 3D ini akan berlangsung dari 2017 hingga kuartal 3 2018. Selain di Lapangan Klamono, Alfian juga bilang Pertamina EP telah melakukan survei sesimik di Bintuni, Papua, dan beberapa lapangan migas di Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, Pertamina EP juga melakukan pengeboran sumur eksplorasi. Dari target 12 sumur, saat ini Pertamina EP sudah menyelesaikan pengeboran eksplorasi di sembilan sumur. Namun sayangnya hasil dari pengeboran eksplorasi tersebut masih belum menggembirakan bagi anak usaha Pertamina ini. "Sudah mulai ada temuan eksplorasi, tapi baru sekitar 70 mmboe. Tentu ini masih di bawah target," kata Alfian. Biarpun begitu, Alfian mengatakan Pertamina akan terus melakukan pengeboran sumur eksplrorasi dengan harapan akan ada penemuan cadangan baru untuk diproduksi pada tahun-tahun mendatang.