Pertamina EP targetkan laba US$ 780 juta tahun depan



KONTAN.CO.ID - MEDAN. Mempertahankan kinerja keuangan di tahun depan menjadi tantangan tersendiri bagi PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) . Pada tahun 2019 perusahaan ini menargerkan perolehan laba bersih sepanjang tahun 2019 sebesar US$ 780 juta.

Nanang Abdul Manaf, Direktur Utama PT Pertamina EP mengatakan terkait pendapatan maupun laba di tahun depan merupakan tantangan tersendiri mengingat harga minyak yang relatif turun di beberapa waktu terakhir.

"Kita tahu akhir-akhir ini harga minyak mentah turun, dan untuk tahun depan pun kemungkinan ada revisi karena kenyataannya sekarang harga minyak di bawah US$ 50 per barel sementara progresnya seharga US$ 70 per barel tahun depan," ujarnya di Medan, Jumat (28/12).


Meskipun begitu, menurut Nanang pihaknya tetap optimis ada peningkatan pada laba bersih tahun depan yang ditargetkan sebesar US$780 juta atau naik 42,60% dari target laba bersih RKAP tahun ini sebesar US$ 547 juta.

"Kami cukup optimistis, lihat saja realisasi laba periode Januari - November saja sudah US$680 juta di mana angka ini sudah melebihi RKAP 2018, dan hingga tutup tahun diharapkan bisa membukukan laba US$ 800 mengingat masih ada lifting yang tertahan dan akan di realisasikan Desember ini," ujarnya.

Untuk mencapai target kinerja tahun depan, lanjut Nanang pihaknya akan meningkatkan produksi minyak ketimbang gas.

"Produksi minyak tahun ditargetkan 82.500 BOPD namun komitmen kami bisa mencapai 84.000. Angka ini naik tipis dari target produksi minyak tahun ini sebesar 83.000 BOPD," tuturnya.

Selain itu, kata Nanang pihaknya juga akan terus memperluas dan menambah lokasi sumur produksi minyak.

Asal tahu saja, tahun depan Pertamina EP merencanakan pengeboran sumur 104 sumur yang terdiri dari 94 sumur pengembangan dan 10 sumur eksplorasi.

Sementara untuk produksi gas akan diturunkan dari target tahun ini sebanyak 986 kaki kubik per hari menjadi 970 kaki kubik per hari.

"Kita turunkan sekitar 16 kaki kubik. Hal ini dilakukan karena lapangan di Sumatera Utara sudah mulai drop dan jika dipaksakan tetap memproduksi di angka yang sama maka umurnya akan pendek, oleh karena itu pemangkasan produksi harus dilakukan untuk memperpanjang masanya," tuturnya.

Adapun produksi gas periode Januari - November 2018 sebanyak 1.019 MMSCFD sementara adapun produksi minyak sebesar 78.000 BOPD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .