Pertamina EP Zona 14 Papua Field Garap 3 Proyek Pengeboran Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - SORONG. Pertamina EP Zona 14 Papua Field (PEP Papua) bagian dari Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina terus melakukan eksplorasi untuk meningkatkan produksi minyak di Papua Field. Wilayah kerja yang berada di ujung timur Indonesia ini berharap tujuh sumur yang digarap pada tahun ini dan tahun depan dapat meningkatkan produksi.

Assistant Manager Papua Well Services PT Pertamina EP, Deni Kurniawan mengatakan produksi minyak Papua Field saat ini mencapai 800 barel minyak per hari (BPOD). Hal ini disebabkan lapangan Papua merupakan lapangan mature sehingga produksinya hampir 90% adalah air.

"Jadi memang ini tantangan kami untuk mengoptimalkan produksi dan mengoptimalkan fasilitas yang ada untuk setidaknya bisa mempertahankan angka produksi ini," kata Deni dalam Sosialisasi Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2024 di Sorong, Jumat (14/9).


Baca Juga: SKK Migas dan Kontraktor Realisasikan Pengeboran 107 Sumur Sepanjang Agustus

Untuk menghadapi tantangan ini, pihaknya memiliki program pengeboran, baik pengeboran eksplorasi maupun pengeboran pengembangan. Tahun ini, Papua Field ada program pengeboran tiga sumur. Pertama, sumur di daerah Buah Merah (BMR)-01.

"Jadi memang belum, kita belum menghasilkan produksi minyak dari satu pengeboran eksplorasi ini. Mudah-mudahan dua sumur eksplorasi lagi bisa menghasilkan." paparnya. 

Selain Buah Merah, di sisa tahun ini Papua Field akan tajak dua sumur eksplorasi yaitu North East Markisa (NEM)-01 dan Bitangur (BIT)-01. Dua pengeboran sumur ini dipastikan akan menghasilkan produksi minyak yang baik untuk menambah produksi di Papua Field ini.

Pada 2025 ditargetkan pengeboran empat sumur pengembangan di Salawati, yaitu sumur SLW-F2X (estimasi April 2025), SLW-F3X (estimasi Juni 2025), SLW-E6X (estimasi Oktober 2025), dan SLW-C4X (estimasi Desember 2025). Deni berharap dari ketujuh sumur tersebut bisa meningkatkan produksi Papua Field.

"Berdasarkan histori pengeboran sebelumnya, setelah dikembangkan lagi, dievaluasi lagi, kita akan melakukan empat pengeboran di tahun 2025 di Salawati. Harapannya juga ini bisa menjadi memberikan kontribusi yang baik untuk meningkatkan produksi di Papua Field," tutur Deni.

Deni menuturkan ada beberapa tantangan yang dihadapi Zona atau Wilayah Kerja di ujung Timur Indonesia ini, pertama, pengembangan Provinsi Papua Barat Daya berdampak pada eksistensi jalur pipa migas Klamono-Sorong, terutama dalam melakukan perawatan dan penggantian pipa.

Menurut Deni, ada beberapa fasilitas-fasilitas yang secara historis sudah ada tertanam di beberapa titik, seiring pemekaran atau pengembangan area memberikan dampak.

"Sebagai contoh saja terkait pelebaran jalan, akan ada efek di area fasilitas kita di pipa yang mungkin sudah tertanam di dalam tanah tersebut," jelasnya.

Baca Juga: Pertamina Hulu Sanga Sanga Berhasil Bor 84 Sumur Onshore Terdalam

Kedua, terkait pembebasan lahan sumur eksplorai dan pengembangan mengacu pada hukum tertulis. Hukum adat (batas wilayah adat, pelepasan tanah adat, upacara adat) umumnya tidak tertulis sehingga perlu diformalkan.

Ketiga, belum terdapat pembaruan terkini perhal Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur nilai kompensasi tanah dan tanaman tumbuh untuk pekerjaan skala mikro. Terakhir, pengeboran sumur dan operasi produksi migas terkendala tumpang tindih hak pengelolaan lahan seperti perkebunan sawit dan adanya konflik tanah adat (perebutan hak adat antar pemilik ulayat).

"Jadi memang beberapa aspek persiapan atau pengembangan eksplorasi ada banyak tantangan terkait non teknisnya seperti itu. Itu jadi harapannya ke depannya kita bisa menghadapi masalah untuk berkomunikasi secara baik dengan stakeholder dan sebagainya," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih