Pertamina evaluasi kebutuhan pendanaan



JAKARTA. PT Pertamina (Persero) melakukan evaluasi kembali kebutuhan pendanaan jangka panjang baru tahun ini.

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, evaluasi dilakukan lantaran harga minyak mentah yang terus menurun sehingga menyebabkan industri migas mengalami guncangan.

Selain itu, pembelian minyak mentah dan BBM yang menggunakan dollar, sementara penjualan produk dalam bentuk rupiah, berpengaruh pada kinerja perseroan. 


"Kami memproyeksikan kebutuhan pendanaan jangka panjang baru kami evaluasi bahkan mungkin tidak lebih dari 15% dari perencanaan,” ujar Wianda dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jakarta, Jumat (14/8).

Namun, tutur dia, di tengah tekanan itu, kondisi kas Pertamina saat ini dalam kondisi yang kuat. Hal itu diindikasikan dari besaran dana yang dimiliki Pertamina (cash on hand) yang mencapai di atas US$ 2 miliar.

Selain itu, baiknya hubungan dengan pemerintah dalam penyelesaian hutang-piutang, efisiensi perusahaan, dan inisiatif khusus seperti manajemen arus kas yang lebih ketat, membuat kas Pertamina semakin kuat. 

“Dengan kondisi cash on hand yang cukup, fasilitas kredit jangka pendek tidak banyak dipergunakan. Sistem pembelian crude dan produk melalui ISC juga berjalan dengan lebih baik; dimana beberapa pasokan yang semula mensyaratkan letter of credit kini tidak diperlukan lagi," kata Wianda. 

Pada semester I-2015, Pertamina membukukan laba bersih perusahaan telah mencapai US$ 570 juta. Ke depan, BUMN Migas itu optimis mencapai target laba bersih hingga US$ 1,7 miliar hingga akhir 2015.

Salah satu caranya yaitu dengan terus melanjutkan efisiensi hingga US$ 500,42 juta. Hingga semester I-2015, Pertamina mengklaim sudah melakukan efisiensi sebesar US$ 249,2 juta. (Yoga Sukmana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia