Pertamina Galakkan Pertanian Organik Tanpa Bahan Kimia di Tuban



KONTAN.CO.ID – TUBAN. Pertamina memperkenalkan inisiatif zero chemical atau tanpa bahan kimia dalam praktik penanaman padi di Desa Rahayu, Tuban, Jawa Timur.

Langkah ini diambil melalui pengembangan pupuk kompos organik yang bebas dari bahan kimia.

Inovasi ini merupakan bagian dari teknologi yang diterapkan dalam proses penanaman padi di daerah tersebut.


Fitri Erika, Sr Manager Relations Regional 4 PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) menjelaskan bahwa penerapan teknologi ini adalah bentuk komitmen perusahaan dalam pengembangan program pemberdayaan masyarakat.

Baca Juga: Konsorsium PHE, Sinopec, dan KUFPEC Teken Kontrak PSC WK Melati

“Melalui fungsi RAM di divisi Mechanical Engineering, kami terlibat dalam perancangan mesin, operasional transmisi engine, serta perakitan alat penyiang khusus untuk pertanian organik SRI Cakra Baskara,” ungkapnya saat ditemui di Tuban, Rabu (16/10).

Inovasi yang dilakukan juga memanfaatkan limbah besi non-B3, sehingga mengubah masalah limbah menjadi solusi bagi pertanian.

Fitri menambahkan bahwa modifikasi teknologi ini merupakan alat baru yang belum ada sebelumnya, dan telah mendapatkan pengakuan paten dengan Nomor Paten: IDS000007700 per tanggal 15 Maret 2024.

Baca Juga: PHE WMO Hasilkan 11 Varietas Tanaman di Lahan Pesisir Bandangdaja

Dampak Positif Inovasi Teknologi

Penerapan teknologi inovatif ini menunjukkan dampak signifikan terhadap efisiensi proses penyiangan lahan pertanian organik.

Efisiensi yang dicapai mencapai 70,96%, yang berarti dapat menghemat tenaga kerja hingga 44 orang per hektar per musim dan mengurangi biaya hingga Rp 4,4 juta per hektar per musim tanam, tergantung kondisi gulma.

Sebelum penerapan metode ini, sebagian besar pertanian di Tuban menggunakan sistem konvensional.

Pertanian organik yang sudah ada di beberapa wilayah Tuban masih menerapkan sistem pengelolaan pertanian pada umumnya, meski tidak menggunakan bahan kimia.

“Pertanian organik dengan metode SRI yang dibina oleh PEP Sukowati ini merupakan sistem yang berbeda sejak proses penyiapan lahan hingga pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL) dalam pembuatan pupuk,” jelas Akhwan, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Soko, Tuban.

Inovasi ini juga menjadi pionir dan kini direplikasi di beberapa wilayah sekitar, seperti Desa Sawahan di Kecamatan Rengel dan Kabupaten Bojonegoro.

Baca Juga: Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) Gelar Panen Raya

Program Prabu Kresna dan Keunggulan MOL

Inovasi SRI merupakan bagian dari Program Petani Rahayu Bersatu Kreatif, Sehat, dan Sejahtera (Prabu Kresna).

Proses pembuatan pupuk organik cair berbasis MOL yang menggunakan nasi dan bonggol pisang juga telah mendapatkan paten dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Indonesia dengan Nomor Paten: IDS000008343 dan IDS000008344 per tanggal 19 Juni 2024.

Sutikno, Ketua Gapoktan Rahayu, menjelaskan bahwa MOL nasi berfungsi sebagai dekomposer atau starter bakteri pengurai, yang mempercepat proses pembuatan kompos hingga tiga kali lebih cepat serta menambah nutrisi tanah.

Sementara MOL bonggol pisang berperan sebagai zat pengatur tumbuh untuk meningkatkan jumlah anakan pada tanaman padi.

“Pada pertanian konvensional, dari 10 bibit yang ditanam rata-rata hanya menghasilkan 40 anakan. Namun, dengan menggunakan MOL bopis pada pertanian organik SRI, satu bibit dapat berkembang menjadi 40 hingga 120 anakan,” ujarnya.

Inisiatif ini tidak hanya mendukung keberlanjutan pertanian, tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar dengan teknologi yang ramah lingkungan dan efisien.

Selanjutnya: Didukung Prospek Harga Timah dan Regulasi Industri, Saham Timah (TINS) Layak Dipantau

Menarik Dibaca: Rekomendasi Pot untuk Menanam Bunga Mawar agar Terlihat Mewah dan Cantik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto