Pertamina Geothermal berniat bangun unit baru di Proyek PLTP Karaha



KONTAN.CO.ID - TASIKMALAYA. Pertamina Geothermal Energi (PGE) akhirnya siap mengoperasikan proyek pembangkit listrik panas bumi Karaha setelah nyaris tiga tahun proyek tersebut terhambat. Proyek Karaha akan Commercial on Date (COD) pada 28 Februari 2018 mendatang dengan kapasitas 30 megawatt (MW).

Direktur Ekplorasi dan Pengembangan PGE Khairul Rozaq berkisah, proyek Karaha awalnya memang dimulai pada 2015 lalu. Namun dalam perjalanannya, proyek tersebut mengalami beberapa hambatan. Salah satunya hambatan adalah bencana longsor.

"Ini relatif berjalan bagus biarpun ada kendala. Kendala pertama itu terjadi longsor, itu hambatannya. Jalur pipa terlambat, tapi sekarang sudah selesai dan itu bisa kami jalankan," kata Khairul pada Jumat (2/2).


Selain hambatan dari alam, pembangunan Proyek Kahara juga terkendala masalah teknis. Khairul bilang Proyek Kahara ini sejatinya sudah bisa beroperasi pada Desember 2017 tapi terjadi masalah teknis sehingga terjadi shutdown saat ini.

"Pada Desember 2017 sudah kami operasikan tapi ada sedikit masalah. Sekarang sedang kami perbaiki, mungkin di 28 Februari bisa kami selesaikan," ujarnya.

Biarpun mengalami hambatan, namun Khairul bilang, PGE tetap berencana untuk melanjutkan pengembangan potensi panas bumi di Karaha. Saat ini PGE pun tengah melakukan evaluasi terkait potensi panas bumi dan penambahan data-data eksplorasi yang ada di Proyek Karaha.

"Kami punya rencana tapi kami lihat dulu operasionalnya. Terus kami akan evaluasi reservoir-nya. Kalau sudah oke semua kami pastikan kami mengembangkan berapa megawatt lagi unit keduanya," imbuh Khairul.

Saat ini PGE telah melakukan pengeboran di 10 sumur produksi dan tiga sunur injeksi. PGE juga telah membangun transmisi sepanjang 26 km atau sebanyak 60 tower hingga ke Gardu Induk Cilawu.

Total investasi mulai dari ekplorasi hingga pembangunan pembangkit listrik dan transmisi mencapai US$ 178 juta. "Termasuk eksplorasi, sumur, pipa, power plant ini totalnya mencapai US$ 178 juta," kata Khairul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini