Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Anggarkan Capex US$ 300 Juta di Tahun 2025



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,894 triliun (kurs Rp 16.313,5 per dolar AS) untuk tahun 2025.

Manager Corporate Communication & Stakeholder Management PGEO Muhammad Taufik mengatakan, salah satu rencana penggunaan dana capex tersebut untuk mempercepat pencapaian target  kapasitas terpasang 1 Giga Watt (GW) pada akhir tahun ini.

"Alokasi capex sekitar US$ 300 juta untuk mendukung berbagai program optimalisasi produksi dan proyek-proyek strategis untuk mempercepat pencapaian target 1GW di akhir 2025," kata Taufik kepada Kontan, Selasa (14/1).


Adapun di tahun ini, eksplorasi dan pengembangan potensi panas bumi akan kembali dikejar oleh PGEO melalui Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) yang dikelola oleh PGEO.

Taufik menambahkan, menjadi bagian dari strategi PGEO untuk menambah kapasitas terpasang dari 672,5 MW menjadi 1 GW dalam 2 tahun - 3 tahun ke depan. Serta target kapasitas terpasang 1,5 GW dalam lima tahun ke depan.

Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Kejar Target Kapasitas 1 GW, Simak Rekomendasi Sahamnya

"Salah satu proyek yang akan segera terealisasi adalah Lumut Balai Unit 2 atau LMB 2. Ini merupakan bagian dari komitmen PGE dalam mendukung transisi energi dan memanfaatkan potensi panas bumi yang melimpah di Indonesia," tambahnya.

Taufik menambahkan, LMB 2 dijadwalkan untuk mulai beroperasi secara komersial pada kuartal II-2025. Dengan beroperasinya LMB 2 maka PGEO akan menerima tambahan kapasitas terpasang sebesar 55 megawatt (MW).

Adapun terkait ekspansi luar negeri, PGEO telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Geothermal Development Company (GDC), perusahaan nasional panas bumi di Kenya serta non-disclosure agreement (NDA) dengan Kipas Holding, salah satu pengembang panas bumi terkemuka di Turki pada 2024 lalu.

PGEO masih berada pada tahap kajian mendalam terkait kelanjutan ekspansi di dua negara tersebut.

"Saat ini, PGE masih melakukan kajian mendalam terhadap potensi panas bumi di Kenya dan Turki, termasuk kelayakan komersialnya. Kajian ini bertujuan untuk memastikan bahwa potensi sumber daya yang tersedia memenuhi standar keekonomian yang diharapkan," jelasnya.

Sayangnya, Taufik belum bisa mengungkapkan pendapatan dan laba PGEO untuk sepanjang tahun 2024. Sebagai gambaran, hingga kuartal III-2024 lalu, PGEO mencatatkan pendapatan sebesar US$ 306,02 juta atau setara Rp 4,63 triliun.

Nilai tersebut melemah tipis 0,71% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 308,19 juta.

 
PGEO Chart by TradingView

Penurunan tersebut karena adanya carry over di tahun 2023 atas production allowance dalam Kontrak Operasi Bersama (KOB) di Wayang Windu dari semester dua tahun 2022 lalu. Serta adanya penyesuaian pencatatan atau reklasifikasi atas pendapatan kredit karbon yang kini tercatat sebagai pendapatan lain-lain.

Sedangkan dari sisi laba bersih, PGEO di kuartal III-2024 mengalami peningkatan tipis sebesar 0,29% dengan nilai US$ 133,97 juta atau setara dengan Rp 2,2 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai US$ 133,48 juta.

"Meskipun pendapatan menurun, laba bersih meningkat dibandingkan periode  yang sama tahun sebelumnya karena adanya peningkatan pendapatan dari operasi sendiri, pendapatan bunga yang kuat dari optimalisasi dana, dan manajemen forex yang efektif," pungkas dia. 

Selanjutnya: Ini Pesan Penting Bos NATO ke Eropa, Apakah Itu?

Menarik Dibaca: Berapa Lama Kucing Bisa Hidup ya? Ini Faktor yang Bisa Memperpanjang Usianya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari