Pertamina Geothermal genjot produksi listrik



JAKARTA. PT Pertamina Geothermal (PGE) genjot produksi listrik setelah adanya perubahan sistem tarif listrik panas bumi oleh pemerintah. Presiden Direktur PGE, Slamet Riyadi mengatakan, perusahaan saat ini menghasilkan listrik panas bumi sebanyak 292 megawatt (MW) dari beberapa wilayah kerja.

Dalam waktu ini, PLTP Ulubelu I dan II berkapasitas 110 MW (2x55 MW) akan segera beroperasi. Dengan demikian, sampai akhir tahun ini, PGE akan menghasilkan listrik dari panas bumi sebanyak 402 MW.

Jumlah tersebut, kata Slamet, dipastikan terus bertambah hingga menjadi 962 MW pada tahun 2016. Dan menjadi 2.091 MW pada 2020 nanti.


Slamet menjelaskan, listrik yang dihasilkan berasal dari proyek panas bumi yang sedang digarap maupun direncanakan. Saat ini, kata dia PGE sedang mengerjakan 10 proyek panas bumi di sejumlah wilayah kerja yang dimiliki PGE.

Ada tambahan 7 atau 8 proyek lagi yang merupakan pengembangan dari wilayah kerja yang sudah dimiliki PGE.

Penambahan tersebut seiring dengan rencana pemerintah merevisi sitem tarif penjualan listrik (feed in tariff) panas bumi dari pengembang ke PT PLN (Persero).

"Feed in tariff yang (rencananya) dikeluarkan Kementerian ESDM merupakan suatu langkah besar untuk pengembangan panas bumi),"kata Slamet kepada wartawan di Jakarta, Senin (13/8).

Dalam konsep sistem tarif baru ini, harga jual panas bumi berbeda antar daerah. Untuk region Sumatera sebesar US$ 10 sen per kWh, Jawa Madura dan Bali US$ 11 sen per kWh, Sulawesi Selatan US$ 12 sen per kWh, Sulawesi Utara US$ 13 sen per kWh, NTB dan NTT US$ 15 sen per kWh, kemudian region Maluku dan Papua US$ 17 sen per kWh.

Tarif yang baru ini lebih tinggi dari harga jual listrik panas bumi yang saat ini berlaku saat ini, yaitu maksimal US$ 9,7 per kWh, tergantung negosiasi antara pengembang dan PLN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri