Pertamina Geothermal pastikan PLTP Lumut Balai beroperasi September



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Setelah dua kali mundur dari target, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) memastikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit-1 bisa beroperasi komersial (Commercial Operation Date/COD) pada awal September 2019.

Direktur Utama PGE Ali mundakir menyampaikan, sejak tanggal 9 Agustus 2019 lalu, pembangkit geothermal berkapasitas 55 Megawatt (MW) itu sudah masuk tahap uji coba (commisioning) yang mencakup sinkronisasi ke jaringan kelistrikan PT PLN (Persero).

Baca Juga: Wapres Jusuf Kalla: Perkembangan pembangkit panas bumi lamban

Setelah proses commisioning itu rampung, Ali menargetkan PLTP Mulut Balai bisa COD pada 3 September 2019 mendatang. "Sinkronisasi ke jaringan PLN sudah tercapai pada 9 Agustus kita. COD-nya kita targetkan 3 September, tapi akan kami coba kalau bisa sebelum September," ungkap Ali saat ditemui di Jakarta Convention Center, Selasa (13/8).

Adapun, mengenai kemunduran COD, Ali enggan banyak berkomentar. Secara teknis, kata Ali, pihaknya perlu memastikan listrik yang dihasilkan oleh PLTP Lumut Balai bisa sinkron dengan jaringan listrik PLN.

Di luar itu, Ali tak menampik bahwa ada permasalahan sosial yang harus terlebih dulu diselesaikan. "Kondisi sosial masyarakat kan nggak bisa diprediksi," katanya.

Sebagai informasi, PLTP Lumut Balai sebelumnya ditargetkan bisa COD pada Desember 2018. Namun, target tersebut tidak bisa tercapai dan mundur menjadi Juli 2019. Sayangnya, targe tersebut juga kembali meleset.

Baca Juga: Kementerian ESDM targetkan PLTP Lumut Balai I siap beroperasi Agustus 2019

Berdasarkan keterangan resmi dari Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, ada sejumlah kendala yang menyebabkan COD PLTP Lumut Balai mengalami kemunduran.

Kendala tersebut antara lain terbatasnya area untuk lokasi pembangkit mengingat WKP Lumut Balai umumnya merupakan topografi tinggi dan curam sehingga membutuhkan mitigasi potensi landslide yang cukup kompleks, backfeeding yang tidak dapat segera dilakukan, dan belum terselesaikannya kesiapan infrastruktur jaringan transmisi.

Untuk tahap selanjutnya, sambung Ali, PGE akan segera merampungkan PLTP Lumut Balai Unit-2 yang juga berkapasitas 55 MW pada tahun 2020. Ali bilang, penyelesaian antara Unit 1 dan Unit 2 biasanya membutuhkan waktu sekitar enam bulan.

Adapun, untuk tahun ini, Ali mengungkapkan bahwa PGE menganggarkan dana investasi sebesar US$ 111 juta. Dana tersebut akan diserap untuk penyelesaian PLTP Lumut Balai dan kebutuhan operasional lainnya, seperti pengeboran sumur.

Baca Juga: Geo Dipa mulai groundbreaking PLTP small scale Dieng 10 MW

Ali menyebut, anggaran investasi PGE berfluktuasi setiap tahunnya. Anggaran tahun ini, kata Ali, menciut dibandingkan dana investasi PGE pada tahun lalu yang mencapai US$ 250-an juta. "Ini karena tahun kemarin ada pembangunan Lumut Balai. Tahun ini hampir selesai, jadi (investasi) berkurang," katanya. Ali mengatakan bahwa pendanaan PGE berasal dari dua sumber, yakni PT Pertamina (Persero) dan pinjaman (soft loan) dari lembaga keuangan. Secara rerata, sambung Ali, 60% pendanaan PGE bersumber dari PT Pertamina (Persero). Sedangkan untuk kebutuhan Engineering Procurement Construction (EPC) proyek pembangkitan, 40% dari nilai proyek dibiayai melalui soft loan. Sementara untuk rencana jangka panjang, Ali menyampaikan bahwa PT Pertamina (Persero) sudah menganggarkan dana sebesar US$ 2,68 miliar untuk keperluan investasi pengembangan panas bumi PGE. "Itu untuk menambah install capacity sehingga bisa mencapai 1.112 MW pada 2026," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini