Pertamina Geothermal (PGEO) Beberkan Rencana Ekspansi di Tahun 2025 dan Progres 1 GW



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) optimistis target penambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) bakal tercapai. 

PGEO mengusung strategi ekspansi di aset eksisting, eksplorasi dan mencari potensi akuisisi secara selektif.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi yakin PGEO bisa mencapai total kapasitas terpasang sebesar 1 Gigawatt (GW) pada tahun 2027 - 2028. 


Ini merupakan target jangka pendek untuk mencapai kapasitas terpasang di level 1,5 GW pada tahun 2030 dan 1,7 GW - 1,8 GW pada 2033.

Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Catat Laba Positif, Ini Kata Manajemen

Julfi percaya diri pengembangan panas bumi (geothermal) akan sejalan dengan misi pemerintahan baru. 

Mengingat Presiden Prabowo Subianto dalam pidato pelantikannya menyoroti panas bumi sebagai salah satu aset penting untuk mencapai swasembada energi.

Apalagi, panas bumi merupakan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan yang punya karakteristik pemikul beban dasar alias baseload. "Geothermal adalah kunci dari energi transisi," kata Julfi dalam paparan publik, Rabu (6/11).

Dengan penyesuaian model bisnis dan perkembangan teknologi, waktu pengembangan panas bumi pun sudah lebih singkat. Dari semula mencapai 10 tahun, kini bisa hanya tiga hingga lima tahun. 

"Risiko eksplorasi pun bisa diturunkan, peluang sukses sumur naik. Jadi geothermal bukan high risk lagi," terang Julfi.

Menyambut peluang tersebut, PGEO fokus untuk menambah kapasitas terpasang dari 672,5 Megawatt (MW) saat ini menjadi 1 GW dalam dua hingga tiga tahun ke depan. PGEO mengandalkan tiga proyek untuk mencapai target tersebut.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Pertamina Geothermal (PGEO) Usai Rilis Kinerja

Pertama, proyek Hululais unit 1 & 2 sebesar 110 MW. Julfi bilang, PT PLN (Persero) berkomitmen untuk mempercepat proses pengadaan dan konstruksi. 

Pembangunan dijadwalkan rampung dalam waktu 25 bulan, sehingga bisa beroperasi komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2027.

Kedua, proyek Lumut Balai unit 2 berkapasitas 55 MW. Progres mencapai 88,92% dengan jadwal mechanical completion pada bulan Desember 2024, dan ditargetkan COD pada kuartal I-2025. 

Ketiga, proyek Co-Generation yang akan menambah kapasitas 45 MW lewat proyek Ulubelu Binary Unit (30 MW) dan Lahendong (15 MW).

Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy Edwil Suzandi mengatakan, ketiga proyek tersebut menjadi bagian dari rencana ekspansi PGEO yang berlanjut pada tahun depan. 

Kemudian, PGEO akan melakukan eksplorasi lapangan baru dengan mengantongi Final Investment Decision (FID) salah satu lapangan di Sumatra.

"PGEO juga mengkaji peluang untuk bisa ikut bidding (lelang) dari pemerintah. Tim sedang mencari lapangan mana saja yang bisa menambah aset eksplorasi PGEO di Indonesia," imbuh Edwil.

Baca Juga: Laba Per Kuartal III-2024 Melejit, Prospek PGEO Makin Cerah

Selain itu, ekspansi dilakukan melalui kolaborasi dengan mitra strategis, maupun lewat merger dan akuisisi (M&A). Salah satunya, PGEO akan menindaklanjuti nota kesepahaman yang sudah diteken dengan perusahaan pengembang panas bumi Kenya, Geothermal Development Company Ltd. (GDC) dan Africa Geothermal International Ltd. (AGIL) untuk pengembangan lapangan panas bumi di Afrika.

"Saat ini tim sedang bekerja. Harapannya pada tahun 2025 kami bisa menyelesaikan kajian dan due diligence (uji tuntas) terhadap pengembangan usaha panas bumi di Afrika," terang Edwil.

Sedangkan untuk ekspansi di Turki, PGEO masih mencari aset yang sesuai dari sisi kalkulasi sumber daya dan komersialisasi. "Apabila dua hal itu tercapai, tentu kami akan go untuk pengembangan usaha di sana," tambah Edwil.

Alokasi Capex PGEO

Yang pasti, berdasarkan due diligence yang dilakukan PGEO, aksi M&A tidak akan terjadi pada tahun ini. Padahal, PGEO telah mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar US$ 300 juta untuk membiayai aktivitas inorganik pada tahun 2024.

"Karena setelah kami melakukan peninjauan ulang atas aktivitas inorganik, ada di Turki dan di local company, setelah due diligence kami menyepakati untuk tidak melanjutkan pada tahun 2024," terang Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Yurizki Rio.

Dus, PGEO fokus untuk merealisasikan capex pada aktivitas organik, dengan anggaran sebesar US$ 247 juta. Sampai dengan kuartal III-2024, serapan capex PGEO masih mini, yakni baru sebesar US$ 84,06 juta.

Terdiri dari development expenditure US$ 47,85 juta dan maintenance expenditure US$ 36,21 juta. Yurizki bilang, penyerapan yang masih mini ini karena ada kendala administrasi dan keterlambatan pengadaan. "Kami yakin di 2024 capex organik sebesar US$ 247 juta akan terserap," tegas Yurizki.

Kinerja Hingga Kuartal III-2024

Dalam sederet agenda ekspansi tersebut, kinerja PGEO hingga kuartal III-2024 nyaris stagnan. Pendapatan PGEO turun tipis 0,70% secara tahunan (year on year/yoy) dari US$ 308,19 juta menjadi US$ 306,02 juta.

Sedangkan laba bersih tumbuh dengan level yang mini sebanyak 0,36% (yoy) dari US$ 133,50 juta menjadi US$ 133,99 juta sampai September 2024. Meski begitu, Yurizki mengatakan bahwa kinerja keuangan PGEO berada di atas ekspektasi manajemen.

Dia mengatakan, pada awal tahun 2024 manajemen PGEO telah mengantisipasi adanya perlambatan kinerja. Seiring dengan proyeksi penurunan output produksi karena ada sejumlah aktivitas perawatan aset pembangkit. 

Baca Juga: BEI Mendorong BUMN Jumbo IPO Tahun Depan

Namun, secara operasional tingkat produksi listrik dan uap PGEO masih bisa tumbuh 0,31% (yoy) menjadi 3.597 Gigawatt hour (GWh). Hasil ini lebih baik 3,96% dari estimasi manajemen PGEO di angka 3.460 GWh hingga kuartal III-2024.

Hasil ini terjadi karena ada percepatan kegiatan maintenance di beberapa unit, penundaan maintenance di sejumlah unit serta optimalisasi pembangkitan. 

Dengan begitu, meski ada penurunan secara tahunan, tapi realisasi pendapatan PGEO per September 2024 masih lebih baik dari estimasi awal di level US$ 295,87 juta.

Begitu juga dari sisi laba bersih yang sebelumnya diestimasikan hanya menyentuh US$ 88,08 juta. Adapun, kenaikan laba bersih PGEO juga ditopang oleh pendapatan bunga yang kuat dari optimalisasi pengelolaan dana, serta pengelolaan mata uang asing yang optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi