Pertamina Geothermal (PGEO) Proyeksikan Kebutuhan Investasi 1 GW PLTP Rp 13,77 T



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mengakui untuk mencapai target 1 Gigawatt (GW) kapasitas terpasang yang dikelola sendiri dalam dua tahun ke depan membutuhkan investasi sekitar US$ 900 juta atau Rp 13,77 triliun (Kurs Rp 15.300 per dolar AS).

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Nelwin Aldriansyah menjelaskan, saat ini pihaknya mengoperasikan pembangkit dengan total kapasitas terpasang 672 Megawatt (MW). Untuk mencampai target 1 GW, PGEO akan menambahkan 340 MW dalam dua tahun ke depan.

Dari 340 MW ini, lanjut Nelwin, 165 MW menggunakan pembangkit listrik panas bumi konvensional, sedangkan 175 MW menggunalan teknologi binary.


Untuk penggunaan teknologi binary, PGEO telah melakukan uji coba (pilot project) di area Lahendong, dengan kapasitas 700 kiloWatt (KW) dan telah berjalan dengan baik sejak Desember 2022 lalu.

Baca Juga: PGEO Diisukan Akan Akuisisi Blok Panas Bumi Sorik Merapi, Ini Kata Pemerintah

Dengan keberhasilan pilot project binary power plant ini, pihaknya yakin teknologi ini dapat digunakan di area produksi yang ada saat ini dan menambah kapasitas pembangkitan.

“Untuk tambahan 340 MW ini investasi yang kami butuhkan sekitar US$ 900 juta. Pendanaan sebagian dari hasil initial public offering (IPO) sebagian dari pinjaman Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk proyek Lumut Balai Unit 2, juga dari kas internal hasil operasi,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (18/9).

Dalam catatan Kontan.co.id sebelumnya, dalam aksi korporasinya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Pertamina Geothermal Energy meraih dana segar hingga Rp 9 triliun.

Perihal perkembangan terkini sejumlah proyek, Nelwin menjelaskan lebih lanjut, proyek Lumut Balai unit 2 sebesar 55 MW dalam pembangunan, dikerjakan oleh konsorsium kontraktor Mitsubishi Corporation. Target penyelesaian Desember 2024.

Baca Juga: Pemerintah Kenya Kunjungi Pertamina Geothermal (PGEO), Ini Hasilnya

Kemudian proyek Hululais berkapasitas 110 MW sedang proses Front End Engineering Design (FEED), dengan target penyelesaian di tahun 2026.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto