KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal pekan ini PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
PGEO) akan menggelar penawaran umum saham pada 20-22 Februari 2023. Analis menilai target dana PGEO berpotensi tercapai di tengah lesunya pasar saham. Analis Pilarmas Investindo Desy Israhyanti menjelaskan, hal tersebut mempertimbangkan prospek jangka panjang PGEO. Apalagi kalau diperhatikan emiten ini cukup kuat dengan reputasi, dukungan induknya, serta potensi bisnis panas bumi di dalam negeri. "Kami lihat IPO PGEO ini nantinya akan membawa optimisme bagi pasar saham dalam negeri meskipun secara jangka pendek saja," ujar Desy kepada Kontan.co.id, Minggu (19/2).
Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Patok Harga IPO di Rp 875 Per Saham Desy memperkirakan, bisnis panas bumi PGEO ini secara jangka menengah-panjang cukup prospektif.
Pertama, dari sisi kapasitas terpasang, PGEO menempati posisi pertama baik di dalam negeri maupun Asia Tenggara. Kapasitas PGEO sebesar 1.877 MWh, yang dikelola langsung sebesar sekitar 1.200 MwH dan 600 MwH dikelola dengan skema KOB (Kontrak Operasi Bersama) oleh IPP. Sementara, yang menempati posisi ke dua ada Star Energy yang merupakan anak usaha Barito Pacific (
BRPT) dengan kapasitasnya sebesar 875 MWh. Lalu, jika dibandingkan di kawasan Asia Tengara, PGEO masih memimpin di mana terbesar ada EDC dengan kapasitas terpasang hampir 1.200 MWh.
Kedua, sumber daya dan cadangannya yang cukup besar sehingga dari mining life cukup untuk menghasilkan listrik selama tiga dekade.
Ketiga, kontrak kerja sama ESC dengan PLN sebagai distributor tunggal dalam negeri. "Apalagi, market pembangkit listrik di dalam negeri merupakan yang terbesar," kata Desy.
Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Masuk Penawaran IPO Awal Pekan, Begini Pandangan Analis Keempat, dukungan pemerintah seiring dengan target pencapaian sebesar 23% untuk energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional pada 2025 yang sejalan dengan
net zero emission pada 2060. Pemerintah juga sudah mengumumkan percepatan pengalihan secara bertahap pembangkit listrik tenaga batu bara ke tahun 2040.
Kelima, dukungan dari sisi pendanaan tenaga panas bumi yang masuk dalam bisnis padat modal. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia berkomitmen untuk memberikan dukungan pendanaan lebih baik bagi proyek-proyek panas bumi.
Keenam, potensi panas bumi di Indonesia yang besar mengingat letak geografis Indonesia yang berada di
Pacific ring of fire.
Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Mulai Masa Penawaran Saham pada Senin (20/2) Meski demikian, pihaknya melihat bahwa bauran tenaga listrik Indonesia masih didominasi oleh tenaga batu bara sebesar 47% dari total kapasitas tenaga listrik saat ini. Tak hanya itu, ia melihat kenaikan suku bunga turut mempengaruhi biaya dana emiten mengingat liabilitas perusahaan yang cukup tinggi sebagaimana tenaga bisnis panas bumi tergolong padat modal. "Kami menyoroti tingkat likuiditasnya yang cukup memprihatinkan dari sisi kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, mengingat
current ratio-nya hanya sebesar 0,5 kali," pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati