Pertamina Hulu Energi Diganjar Peringkat Baa2 oleh Moody's



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's menetapkan rating Baa2 untuk PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh PT Pertamina. Moody's juga menyematkan peringkat stabil pada PHE. 

Peringkat jangka panjang PHE mencerminkan posisi strategisnya sebagai cabang hulu dari perusahaan minyak nasional Indonesia. PHE juga diuntungkan atas dukungan grup Pertamina dan memiliki arus kas yang stabil. "PHE juga mengantongi kontrak berjangka dengan rekanan yang memiliki kualitas kredit yang kuat dan metrik keuangan serta likuiditasnya yang kuat," kata Rachel Chua, Wakil Presiden dan Analis Senior Moody's dalam rilis 19 Juni 2023.

Pada saat yang sama, kekuatan peringkat ini dipengaruhi ekspektasi PHE harus membayar dividen yang besar kepada Pertamina secara rutin. "Namun ada risiko atas potensi eksekusi ekspansi yang agresif serta risiko geografis serta usia cadangan hidrokarbon yang moderat dibandingkan dengan rekan-rekan secara global," tambah Chua. PHE juga terpapar atas siklus harga minyak yang fluktuatif. 


Baca Juga: Amman, PHE, Hingga Palm Co Bersiap IPO, Berikut Prediksi Dampaknya bagi Pasar Saham

PHE menyumbang lebih dari 95% dari total produksi hulu grup Pertamina. PHE juga merupakan perusahaan eksplorasi dan produksi terbesar di Indonesia. Perusahaan ini mengendalikan lima blok minyak terbesar dan empat dari lima blok gas terbesar di Indonesia.

Per 31 Desember 2022, PHE memiliki cadangan terbukti sebesar 2.105 juta barel setara minyak (mmboe). Dengan rata-rata produksi harian sebesar 967.000 barel setara minyak per hari (kboepd) pada tahun 2022, ini berarti masa cadangan terbukti sekitar enam tahun.

PHE secara strategis memiliki posisi penting dalam rantai nilai energi Pertamina. Perusahaan ini penghasil pendapatan utama atau menyumbang lebih dari 75% pendapatan grup setiap tahunnya. Ada juga integrasi bisnis yang erat dengan grup karena total perjanjian offtake dengan anak perusahaan Pertamina mencapai sekitar 65% dari pendapatan konsolidasi PHE.

Sebagian besar kontrak offtake PHE adalah dengan perusahaan penyulingan hilir grup Pertamina dan mendapat manfaat dari penggantian subsidi dari Pemerintah Indonesia. Sisa perjanjian offtake-nya adalah dengan badan usaha milik negara lainnya, seperti PT PLN dan perusahaan minyak internasional lainnya.

Baca Juga: Terkait Rencana IPO Pertamina Hulu Energi (PHE), Ini Kata Erick Thohir

Moody's memproyeksikan tingkat utang PHE kemungkinan akan meningkat dalam 1-2 tahun ke depan. Ini karena Pertamina berharap anak perusahaannya ini dapat beroperasi lebih mandiri ke depannya. 

Meskipun demikian, metrik kredit PHE akan tetap kuat, dengan utang/EBITDA yang disesuaikan sekitar 1,0x dan perlindungan bunga di atas 15,0x selama beberapa tahun ke depan. Likuiditas perusahaan sangat baik. Per 31 Desember 2022, perusahaan memiliki kas dan setara kas sekitar US$ 4,46 miliar. 

Sementara utang jangka pendek (termasuk kewajiban sewa) yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan sebesar US$ 695 juta. Perusahaan ini mengantongi fasilitas pinjaman bank sindikasi sebesar US$ 1,5 miliar pada Mei 2023.

Kondisi ini membuat PHE mengantongi prospek peringkat stabil. Ini mencerminkan ekspektasi Moody's bahwa PHE akan terus menghasilkan arus kas yang sehat dari aset produksinya. Sehingga profil keuangan PHE kuat. PHE juga mempertahankan pendekatan yang hati-hati terhadap investasi, bahkan saat mengejar pertumbuhan.

Namun, perusahaan ini menghadapi risiko geografis mengingat 80%-85% volume produksinya berasal dari Indonesia. Asetnya di Indonesia menyumbang 90% dari pendapatan PHE pada tahun 2022. Meskipun perusahaan terpapar pada volatilitas harga minyak mentah, 35% dari volume gasnya dijual dengan harga tetap, yang sebagian mengurangi risiko ini.

Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Dorong Pendapatan dari Segmen Carbon Credit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana