KONTAN.CO.ID - BANDANGDAJA. PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), bagian dari Zona 11 Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina laksanakan Panen Raya di Desa Bandangdaja, Bangkalan, Jawa Timur. Dalam Panen Raya ini, PHW WMO sekaligus memperlihatkan keberhasilan Perusahaan dalam mengimplementasikan inovasi sosial program
eco-edufarming, yakni program mengaplikasikan pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna sebagai upaya rehabilitasi lahan kritis di Desa Bandangdaja. Aktivitas ini pula mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi (PHE) Targetkan Reaktivasi 1.400 Sumur Idle Tahun Ini Manager WMO Field M Basuki Rakhmad menuturkan kawasan pesisir biasanya memiliki kandungan bahan organik yang rendah dan struktur tanah yang kurang baik, sehingga kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Tak hanya itu, secara sosial, kapasitas masyarakat dalam mengoptimalkan SDA khususnya lahan kering yang selama ini tidak termanfaatkan. Demikian halnya yang terjadi di warga Desa Bandangdajah, Kec. Tanjungbumi, Kab. Bangkalan. Masyarakat desa lebih memilih merantau karena lebih menjanjikan, padahal terdapat potensi air tanah untuk pertanian holtikultura yang belum termanfaatkan secara optimal.
Baca Juga: SKK Migas dan PHE Perkuat Kerja Sama Tingkatkan Produksi Migas “Program ini merupakan bagian dari rencana besar PHE WMO kepada masyarakat khususnya di wilayah pesisir utara Kabupaten Bangkalan yang kami sebut One Belt One Road (OBOR). Kami ingin masyarakat Bangkalan menjadi masyarakat sejahtera, dimana programnya ditekankan pada aspek lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial,” ujar dia ditemui dalam acara Panen Raya di Jawa Timur, Selasa (15/10). Ia melanjutkan kegiatan Eco Edufarming Bandangdaja berawal dari program Himpunan Pemakai Air Minum (HIPPAM) “SUMBER BAROKAH” dimana Hippam sejak tahun 2007 yang mengalir ke rumah 400 kepala Keluarga (KK).
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi Umumkan Temuan Sumberdaya Gas di Sulawesi Latar belakang pendirian HIPPAM ini karena masyarakat di tiga desa di kecamatan Tanjung Bumi yaitu desa; Bandangdaja, Tanjung Bumi, dan desa Telaga Biru saat itu kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka harus berjalan menempuh jarak 3 km dan berjalan selama 1 jam untuk mendapatkan air. Berdasarkan hal tersebut, PHE WMO memberikan bantuan pompa air kepada Kelompok HIPAM Sumber Barokah, Dusun Dangka Raya, Desa Bandangdaja, Kecamatan Tanjung Bumi. Penguatan kelembagaan kelompok ini juga difasilitasi PHE WMO dengan membentuk HIPPAM SUMBER BAROKAH. Dalam penggunaan air bawah tanah tersebut, PHE WMO memastikan bahwa cadangan air di Bandangdaja masih cukup dengan melakukan studi cadangan air.
Baca Juga: Genjot Produksi, PHE ONWJ Garap Proyek Pengembangan OO-OX Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa cadangan air tanah mencapai 51Juta m3/tahun dengan potensi penggunaan untuk dapat digunakan dalam kegiatan domestik dan usaha lainnya mencapai 6,6 juta m3/tahun. Yang itu artinya, cadangan air di Desa Bandangdaja masih surplus mencapai 44 juta m3/ tahun. Cadangan air yang besar di Desa Bandangdaja ini dikarenakan Desa Bandangdaja masuk ke dalam aliran Cadangan Air Tanah (CAT) Ketapang-Bangkalan. Pengelolaan HIPPAM Sumber Barokah tidak hanya dikembangkan untuk kegiatan domestik, tetapi juga sudah dikembangkan untuk kegiatan usaha bagi masyarakat setempat, baik itu untuk olahan makanan hingga usaha air galon isi ulang.
Baca Juga: Usai Menang Lelang WK Melati, PHE Siap Tingkatkan Produksi Migas Nasional PHE WMO mulai melakukan pemetaan potensi maupun tantangannya. Mulai dari Pemetaan Lahan Pertanian, Memahami Kondisi Lahan Kering serta tanaman yang bisa tumbuh dipermukaan tanah kering hingga menentukan 8 titik sumber air yang bisa digunakan. "Melalui berbagai macam pemetaan lingkungan dan demografi masyarakat ditetapkanlah aplikasi model pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna sebagai upaya rehabilitasi lahan kritis di bandangdaja," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto