JAKARTA. PT Pertamina (Persero) tahun ini menyiapkan anggaran untuk investasi di sektor gas metana batubara sebesar US$ 31,4 juta. Hal itu untuk mendukung program pemerintah dalam mendorong perusahaan minyak dan gas untuk mengembangkan gas metana batubara (Coal Bed Methane/ CBM) sebagai energi alternatif yang bisa meningkatkan produksi gas. Muhammad Husen, Direktur Hulu Pertamina menyampaikan dari nilai investasi US$ 31,4 juta tersebut dialokasikan untuk blok-blok CBM yang ada di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.
"Untuk blok-blok di Sumatera lebih besar investasinya sebab bloknya lebih banyak yakni US$ 19.1 juta, sedangkan di Kalimantan investasinya US$ 12,3 juta, " kata Husen kepada KONTAN, Kamis (27/3). Blok-blok Pertamina yang mengolah CBM di antaranya ada Blok Tanjung Enim, Blok Muara Enim, Muara Enim I, II, dan III, Blok Suban I dan II, dan Blok Air Benakat I, II, III, semua lokasi tersebut berada di Sumatera Selatan. Yang sudah siap produksi dan masuk ke dalam tahap
dewatering yakni Blok Tanjung Enim dan Blok Enim. Sedangkan sisanya masih dalam tahap eksplorasi. Dewatering merupakan tahap pengeringan air untuk mengambil gas dari sumur pengeboran. Blok-blok CBM di Kalimantan yakni ada Blok Sangatta I dan II, dan Tanjung II dan IV. Yang sudah dalam tahapan
dewatering adalah Blok Sangatta dan yang masih dalam tahapan eksplorasi adalah Tanjung II dan IV. Seluruh blok-blok CBM akan dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak perusahaan Pertamina. Wahidin Nurluzia, Sekretaris Perusahaan PHE menambahkan, porsi investasi blok-blok CBM tersebut 50% akan berasal dari PHE. Sedangkan sisanya gabungan dari perusahaan mitra PHE seperti PT Bukit Asam, Arrow Energy, Trisula CBM Energy, Sangatta West CBM Inc.
"Investasi di semua blok CBM memang sebagian besar dari PHE sisanya bagi-bagi dengan mitra, tapi khusus untuk di Blok Tanjung II, Kaltim dimiliki 100% PHE, " kata Wahidin, Kamis (27/3). Seluruh blok CBM tersebut akan mulai berproduksi pada tahun 2017 dengan produksi lebih dari 100 mmscfd. Untuk harga CBM yang akan dijual ke pembeli, Husen bilang harga keekonomian yang menurutnya pas adalah bekisar US$ 13-14. Namun, pembelinya siapa, Husen belum bisa menentukan saat ini. "Kita maunya di atas US$ 13–US$ 14, kita juga enggak mau mahal-mahal. Pembelinya negara juga, jadi ngapain mahal, " kata Husen. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan