JAKARTA. PT Pertamina terus mematangkan kerjasama di proyek terminal LNG di Bojonegara, Banten. Terminal LNG tersebut merupakan proyek dari salah satu anak usaha Kalla Group, yaitu PT Bumi Sarana Migas (BSM). Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang bilang, saat ini pihaknya masih dalam proses perundingan dengan Bumi Sarana Mandiri. Salah item pembahasannya adalah keikutsertaan Pertamina di proyek tersebut dengan memiliki saham. Menurut Bambang proses pembicaraan bisnis masih berlangsung. Soalnya, ini terkait pembicaraan proyek bisnis yang cukup besar seperti proyek LNG Bojonegara. Apalagi Pertamina juga membutuhkan proyek tersebut untuk bisa memenuhi kebutuhan LNG bagi perusahaan pelat merah ini.
"Jadi karena juga butuh, kami maunya mempunyai saham juga di proyek tersebut," tegas Bambang, saat ditemui di gedung DPR, Selasa (22/11). Nah, salah satu pertimbangkan bisnis Pertamina bila ingin terlibat di proyek tersebut adalah soal perhitungan dari nilai proyek tersebut yang ditaksir sekitar Rp 10 triliun. Selain itu, perusahaan energi ini juga harus memperhitungkan kepemilikan asing di proyek tersebut. Antisipasi defisit gas Yang jelas, kata Ahmad Bambang, pihaknya masih berunding dengan berbagai pemangku kepentingan di proyek tersebut untuk menentukan besaran saham. Pilihannya beragam. Mulai dari komposisi saham dari masing-masing pemangku kepentingan, antara Bumi Sarana Migas, Pertamina dan perusahaan asal Jepang. Atau juga dengan opsi seluruh saham Pertamina kuasai. Ada lagi pilihan Pertamina tetap menggandeng Bumi Sarana Migas tapi tidak menyertakan pihak Jepang. Melihat pilihan komposisi saham yang terbilang banyak tersebut, Bambang menyebutkan kemungkinan proses perundingan bakal berlangsung lama. "Kami masih berunding, dan perundingannya ini bakal masih banyak lagi," tuturnya lebih lanjut. Dengan begitu, Bambang menegaskan hingga saat ini Pertamina dan BSM belum mencapai kesepakatan baik dalam kepemilikan saham maupun sebagai pembeli atau offtaker terminal LNG Bojonegara tersebut. Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro menyatakan, hingga kini belum ada kontrak mengikat antara Pertamina dengan Bumi Sarana Migas tersebut. "Apalagi sebagai
offtaker. Belum ada kesepakatan terkait hal-hal tersebut," ujar Wianda ke KONTAN pada Selasa (22/11). Hal senada juga diungkapkan Jurubicara PT Bumi Sarana Migas Nanda Sinaga yang membantah telah terjadi kesepakatan kerjasama antara Bumi Sarana Migas dengan Pertamina. "Kalau ada update pasti ada penjelasan dari Kalla Group dan Pertamina," ujar Nanda secara singkat.
Seperti diketahui, Kalla Group melalui salah satu anak perusahaannya PT Bumi Sarana Migas (BSM) sudah siap membangun proyek fasilitas regasifikasi gas alam cair atau land based LNG receiving and regasification terminal berkapasitas 500 mmscfd atau kurang lebih 4 juta ton di Bojonegara, Banten. Bila tidak ada halangan, proyek ini siap berjalan di awal tahun 2017. mendatang Proyek senilai Rp 10 triliun tersebut rencananya bisa terpenuhi dari setoran modal para pemegang saham serta dari pinjaman Jepang, dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Pemerintah Jepang serta perbankan asal negeri matahari terbit tersebut. Proyek ini dibangun untuk mengantisipasi ancaman defisit gas di Jawa bagian Barat. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM dan kajian Wood MacKenzie mengenai proyeksi suplai gas tahun 2013 sampai dengan tahun 2030, Jawa bagian Barat akan mengalami defisit neraca gas lantaran berkurangnya cadangan gas dari Sumatra. Juga meningkatnya permintaan terhadap sumber energi itu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie