KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) sedang mengkaji potensi minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) untuk bahan bakar pesawat atau bioavtur alias sustainable aviation fuel (SAF). SVP Business Development Pertamina Wisnu Medan Santoso mengungkapkan, pihaknya tengah berdiskusi bersama Pertamina Patra Niaga untuk cara pengumpulan minyak jelantah akan dikumpulkan di jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan melibatkan eksportir yang selama ini menjual bahan baku ke pabrik-pabrik di Singapura (Neste, produsen SAF di Singapura) yang bahan bakunya dari Indonesia untuk memproduksi biofuel mencapai 6.000 barel. "Memang yang paling ideal, karena kalau bioavtur ini tujuannya untuk ke luar negeri maka kita harus patuh (comply) dengan Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (Corsia) yang sayangnya saat ini kalau sumbernya dari palm oil kita masih belum comply, walaupun itu yang paling banyak. Hal yang berikutnya mungkin yang paling banyak adalah minyak jelantah," ujar Wisnu di Jakarta, Selasa (10/9).
Pertamina Kaji Pengembangan Minyak Jelantah untuk Bahan Bakar Pesawat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) sedang mengkaji potensi minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) untuk bahan bakar pesawat atau bioavtur alias sustainable aviation fuel (SAF). SVP Business Development Pertamina Wisnu Medan Santoso mengungkapkan, pihaknya tengah berdiskusi bersama Pertamina Patra Niaga untuk cara pengumpulan minyak jelantah akan dikumpulkan di jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan melibatkan eksportir yang selama ini menjual bahan baku ke pabrik-pabrik di Singapura (Neste, produsen SAF di Singapura) yang bahan bakunya dari Indonesia untuk memproduksi biofuel mencapai 6.000 barel. "Memang yang paling ideal, karena kalau bioavtur ini tujuannya untuk ke luar negeri maka kita harus patuh (comply) dengan Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (Corsia) yang sayangnya saat ini kalau sumbernya dari palm oil kita masih belum comply, walaupun itu yang paling banyak. Hal yang berikutnya mungkin yang paling banyak adalah minyak jelantah," ujar Wisnu di Jakarta, Selasa (10/9).