JAKARTA. PT Pertamina (Persero) berhasil meraih laba sebesar Rp 24,6 triliun sepanjang tahun lalu. Angka tersebut 38,98% lebih tinggi dari target yang dipatok perusahaan, yaitu sebesar Rp 17,7 triliun. Juru Bicara Pertamina Mochamad Harun menuturkan, tingginya laba perseroan disebabkan tingginya harga minyak sepanjang tahun kemarin. “Harga minyak yang lebih tinggi dibanding 2010 lalu, membantu kenaikan laba perusahaan,” katanya, Selasa (7/2). Selain melebihi target, laba tahun lalu juga jauh lebih tinggi dari laba yang diperoleh Pertamina di 2010 yang hanya Rp 16,7 triliun. Menurut Harun, selain kenaikan harga, efisiensi dalam distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi juga turut mendongkrak keuntungan. "Kami berhasil memangkas kerugian," sebutnya. Tahun lalu, Pertamina hanya menanggung kerugian Rp 500 miliar dalam penyualuran BBM subsidi. Angka sebut 85% lebih rendah dari kerugian di 2010 yang mencapai Rp 3,3 triliun. Efisiensi yang dilakukan perseroan, yaitu dengan pembelian minyak dari luar negeri di harga rendah. Cara tersebut baru dimulai Pertamina sejak tahun lalu. Meski demikian, Pertamina juga menanggung rugi dari bisnis Elpiji nonsubsidi. Kerugian jualan elpiji nonsubsidi tersebut tahun lalu mencapai Rp 3,8 triliun. “Karena kami diminta untuk menstabilkan harga,” jelas Harun.
Pertamina kantongi laba Rp 24,6 triliun di 2011
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) berhasil meraih laba sebesar Rp 24,6 triliun sepanjang tahun lalu. Angka tersebut 38,98% lebih tinggi dari target yang dipatok perusahaan, yaitu sebesar Rp 17,7 triliun. Juru Bicara Pertamina Mochamad Harun menuturkan, tingginya laba perseroan disebabkan tingginya harga minyak sepanjang tahun kemarin. “Harga minyak yang lebih tinggi dibanding 2010 lalu, membantu kenaikan laba perusahaan,” katanya, Selasa (7/2). Selain melebihi target, laba tahun lalu juga jauh lebih tinggi dari laba yang diperoleh Pertamina di 2010 yang hanya Rp 16,7 triliun. Menurut Harun, selain kenaikan harga, efisiensi dalam distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi juga turut mendongkrak keuntungan. "Kami berhasil memangkas kerugian," sebutnya. Tahun lalu, Pertamina hanya menanggung kerugian Rp 500 miliar dalam penyualuran BBM subsidi. Angka sebut 85% lebih rendah dari kerugian di 2010 yang mencapai Rp 3,3 triliun. Efisiensi yang dilakukan perseroan, yaitu dengan pembelian minyak dari luar negeri di harga rendah. Cara tersebut baru dimulai Pertamina sejak tahun lalu. Meski demikian, Pertamina juga menanggung rugi dari bisnis Elpiji nonsubsidi. Kerugian jualan elpiji nonsubsidi tersebut tahun lalu mencapai Rp 3,8 triliun. “Karena kami diminta untuk menstabilkan harga,” jelas Harun.