KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) selaku subholding refinery and petrochemical dari PT Pertamina (Persero) bersinergi dengan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) untuk mengoptimalkan potensi nilai tambah dari pengolahan produk turunan petrokimia menjadi bahan baku farmasi, seperti paracetamol. Sinergi tersebut ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) untuk menggali potensi kerjasama pengembangan industri penyedia bahan baku farmasi. Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin yang turut menyaksikan prosesi MoU tersebut menyampaikan, sinergi ini sesuai dengan arahan Presiden RI untuk meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional dan sekaligus membantu menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia di sektor farmasi. Terlebih, 95% dari total kebutuhan bahan baku farmasi Indonesia masih dipasok melalui impor. Menurut Budi, sinergi ini berawal dari penjelasan dan kajian yang dilakukan Pertamina untuk mengoptimalkan bahan baku di Kilang Cilacap menjadi bahan baku farmasi. “Tidak sampai satu bulan kajian sudah keluar. Saya bangga dan mengucapkan selamat kepada tim Pertamina atas kegesitannya dan kecepatannya merespons permintaan pemegang saham dalam hal ini pemerintah,” ujar Budi dalam siaran pers, Sabtu (25/7).
Pertamina & Kimia Farma kerja sama pengolahan petrokimia jadi bahan baku farmasi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) selaku subholding refinery and petrochemical dari PT Pertamina (Persero) bersinergi dengan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) untuk mengoptimalkan potensi nilai tambah dari pengolahan produk turunan petrokimia menjadi bahan baku farmasi, seperti paracetamol. Sinergi tersebut ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) untuk menggali potensi kerjasama pengembangan industri penyedia bahan baku farmasi. Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin yang turut menyaksikan prosesi MoU tersebut menyampaikan, sinergi ini sesuai dengan arahan Presiden RI untuk meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional dan sekaligus membantu menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia di sektor farmasi. Terlebih, 95% dari total kebutuhan bahan baku farmasi Indonesia masih dipasok melalui impor. Menurut Budi, sinergi ini berawal dari penjelasan dan kajian yang dilakukan Pertamina untuk mengoptimalkan bahan baku di Kilang Cilacap menjadi bahan baku farmasi. “Tidak sampai satu bulan kajian sudah keluar. Saya bangga dan mengucapkan selamat kepada tim Pertamina atas kegesitannya dan kecepatannya merespons permintaan pemegang saham dalam hal ini pemerintah,” ujar Budi dalam siaran pers, Sabtu (25/7).