Pertamina kurangi penyaluran BBM sampai 15%



JAKARTA. Dalam dua hari terakhir, tampak antrian kendaraan bermotor mengular di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Akibat dari kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Tapi buru-buru, PT Pertamina (persero) menampik soal kelangkaan BBM tersebut.    Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Hanung Budya menjelaskan antrian pembelian SPBU yang terjadi karena memang ada pembatasan kuota BBM bersubsidi yang dilakukan oleh Pertamina. "Menyesuaikan kuota yang tersedia. Kuota secara nasional dikurangi dari 48 juta kiloliter  ke 46 juta kiloloter," ujar Hanung, Senin (25/8). 

Berdasarkan perhitungan Pertamina, jika tidak dilakukan pembatasan pemakaian BBM bersubisi, maka diperkirakan untuk premium akan habis pada pertengahan Desember 2014, sedangkan untuk solar bakal habis pada awal Desember 2014. 

Hanung meminta masyarakat tidak panik atas adanya kebijakan ini. Kebijakan pembatasan BBM memaksa pertamina mulai mengatur penyaluran jumlah kuota BBM ke setiap] SPBU.  


Pertamina mengurangi penyaluran BBM jenis premium sampai 5%. Sedangkan untuk solar kuotanya dikurangi sampai 15%. "Misal SPBU tiap hari abis 10.000 kilo liter,sekarang dijatah 9.500 kilo liter. Solar biasanya 10 kilo liter, sekarang cukup 8.500-9.000 kilo liter," jelas Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir.

Ali juga menjelaskan bahwa pengendalian konsumsi BBM seperti ini, bukan lagi berdasarkan target penghematan tertentu. Melainkan disesuaikan dengan kuota BBM bersubsidi yang masih ada.

Sampai dengan akhir 2014, bahan baku premiun masih tersisa 10 juta kilo liter. Sedangkan untuk solar, hanya tinggal 5,5 juta kilo liter saja. Jumlah inilah yang dijaga Pertamina untuk bisa terus cukup sampai 140 hari ke depan awat akhir tahun 2014. "Itu harus dibagi 140 hari untuk 5.000 SPBU yang ada diseluruh Indonesia," ujar Ali.

Memang diakui terjadi antrian panjang di aerah Kawasan Barat Indonesai seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ali menjelaskan antrian ini terjadi karena daerah - daerah tersebut merupakan daerah yang mengkonsumsi bahan bakar cukup banyak. 

Untuk itu, Pertamina sudah menyiapkan strategi khusus. Pengurangan kuota BBM bersubisdi membuat para pelaku industri SPBU boleh mengambil BBM non subsidi terlebih dahulu, baru dibayar kemudian. Ini untuk mengantispasi penggunaan jumlah BBM non subsidi yang melonjak, akibat  terbatasnya jumlah BBM bersubisdi. 

Menteri ESDM Jero Wacik bilang untuk membatasi jumlah penggunaan kuota BBM bersubsidi sampai dengan akhir tahun maka ada upaya lain untuk mengetatkan pengunaan BBM bersubsidi. Jika tidak, maka kuota BBM bersubsidi  46 juta kilo liter bakal jebol.

Sebelumnya untuk menjaga kouta BBM bersubidi ini, pemerintah sudah melakukan upaya pengendalian dengan tidak lagi menjual solar bersubsidi di wilayah Jakarta Pusat, dan mengurangi koutanya disejumlah daerah. Tak hanya, itu permium juga tidal lagi dijual di jalan tol. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto