Pertamina Masih Bungkam Soal Harga Negosiasi Pembelian 35% PI Shell di Blok Masela



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina belum bisa terbuka perihal uang yang harus dibayarkannya untuk membeli 35% participating interest (PI) milik Shell di Blok Masela. 

Belakangan beredar kabar simpang-siur mengenai dana yang harus disiapkan Pertamina untuk mengambil 35% saham Shell di Masela. 

Misalnya saja berdasarkan penuturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, nilai transaksi yang dibahas dalam rencana tersebut berada jauh di bawah US$ 1 miliar.


“(nilai transaksi pembelian PI yang dibicarakan) Jauh di bawah (US$ 1 miliar),” tutur Arifin, Jumat (9/6).

Baca Juga: Negosiasi Pengalihan Hak Partisipasi Shell di Masela Sudah Ada Titik Temu

Sebelumnya, Shell disebut-sebut mematok harga sebesar US$ 1,4 miliar untuk melepas 35% PI yang dimilikinya di Blok Masela. Hanya saja angka penawaran tersebut tidak bersambut positif.

Kritikan datang dari Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto. Ia berujar, investasi yang dirogoh oleh Shell untuk mencaplok 35% hak partisipasi di Blok Masela hanya mencapai sekitar US$ 700 juta. Dus, ia menilai harga jual US$ 1,4 miliar tergolong tinggi.

Namun ketika Kontan.co.id mencoba mengkonfirmasi angka tersebut, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini belum mau banyak bicara. 

“Belum closing,” jawabnya singkat ketika ditemui di Gedung DPR RI, Rabu (14/6). 

Seperti diketahui sampai dengan saat ini proses negosiasi antara Pertamina dan Shell masih terus berjalan. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan, saat ini perkembangan transaksi di Blok Masela sudah baik bahkan mengarah pada kesepakatan antara kedua belah pihak. DIharapkan akhir Juni 2023 proses divestasi Shell di Blok Masela akan selesai. 

“Namun harga belum tahu, kepastiannya belum dapat secara resmi yang penting kita lihat Shell sudah bersedia mengakomodiasi proses negosiasi itu” ujarnya di Gedung DPR RI, Selasa (13/6). 

Baca Juga: Shell Turunkan Harga Hak Partisipasi Blok Masela di Bawah US$ 1 Miliar

Setelah proses divestasi rampung pada akhir Juni, akan dilaksanakan Front End Engineering Design (FEED) yakni basic engineering yang dilakukan setelah selesainya feasibility study. 

Dwi mengatakan, kalau konsorsium sudah terbentuk pengerjaan FEED dapat dilaksanakan karena membutukan biaya yang besar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi