Pertamina menanti kepastian penurunan harga BBM



SURABAYA. PT Pertamina (Persero) menunggu kepastian penurunan harga premium terbaru dari pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) karena sampai sekarang mereka masih membahas ketentuan tersebut dengan pihak terkait.

"Saat ini kami juga sedang menunggu kabar terbaru dari Pemerintah Pusat, apakah jadi turun pada hari ini atau tidak," kata Asistant Manajer External Relation PT Pertamina (Persero) MOR V Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara, Heppy Wulansari, Kamis (15/1).

Apalagi, ungkap dia, jika mengacu pada kebijakan sebelumnya di mana harga premium ditentukan tiap dua minggu sekali maka seharusnya penurunan harganya diumumkan pada hari ini. Kemudian, pelaksanaannya baru dilakukan keesokan harinya.


"Akan tetapi, sampai saat ini kami belum mendengar perintah dari manajemen untuk mempublikasikan harga premium terbaru. Jadi sekarang ya masih Rp7.600 per liter," ujarnya.

Di sisi lain, jelas dia, apabila setelah pertemuan antara manajemen Pertamina dengan ESDM menghasilkan keputusan penurunan harga premium pada hari ini perseroan tersebut sudah siap untuk merealisasikannya. Penyebabnya, perusahaan tidak perlu melakukan persiapan yang berlebihan untuk ketentuan itu.

"Misal, penurunan harga jadi hari ini maka kami hanya cukup meminta pengusaha SPBU untuk mengganti daftar harganya jadi sekian begitu," katanya.

Ia menambahkan, meskipun harga premium berubah sewaktu-waktu Pertamina berkomitmen memastikan stok premium aman di wilayah kerjanya. Di samping itu, pihaknya menyadari kini perbedaan harga pertamax dan premium minim.

"Dengan demikian, sekarang masyarakat banyak yang memilih pertamax. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi pertamax kami siapkan tambahan mobil tangki untuk pertamax sebanyak enam unit dengan kapasitas total 168 kilo liter (KL)," katanya.

Penambahan mobil tangki itu, sebut dia, didistribusikan dari depo Perak ke enam depo lainnya antara lain Banyuwangi, Camplong (Madura), Malang, Kediri, dan Madiun. Walau terjadi peningkatan tinggi, secara volume hanya naik enam persen dibandingkan konsumsi premium pada kondisi normal.

"Rata-rata konsumsi premium di wilayah Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara 15.514 KL per hari. Khusus di wilayah Jatim rata-ratanya mencapai 11.396 KL per hari," katanya.

Di samping itu, lanjut dia, Pertamina mengimbau bagi SPBU yang stoknya mulai kritis untuk segera melakukan penebusan. Kemudian perusahaan itu juga mewajibkan ketersediaan solar harus tidak kosong mengingat komoditas itu masih disubsidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto