JAKARTA. PT Pertamina (Persero) memproyeksikan konsumsi BBM subsidi akan tembus hingga 41,4 juta kiloliter. Jumlah ini lebih tinggi daripada kuota BBM subsidi sesuai dengan APBN 2011 sebesar 38,5 juta kiloliter. Dari ketiga jenis BBM subsidi, hanya kerosin (minyak tanah) yang pemakaiannya lebih rendah dari jumlah kuota. Sedangkan untuk premium dan solar melebihi kuota.Berdasarkan perhitungan Pertamina, konsumsi premium pada hingga akhir tahun 2011 tembus hingga 24,9 juta kiloliter dan konsumsi solar sebesar 14,40 juta kiloliter. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang target APBN 2011, di mana konsumsi premium sebesar 22,9 juta kiloliter dan solar sebesar 12,95 juta kiloliter. Sedangkan untuk konsumsi kerosin, hingga akhir tahun mencapai 2,1 juta kiloliter. Sementara kuota kerosin pada APBN 2011 mencapai 2,32 juta kiloliter.Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan mengatakan, prediksi konsumsi premium pada 2011 untuk Juni hingga Desember 2011 menggunakan rata-rata pertumbuhan Januari hingga Mei 2011 sebesar 8,6%. Sedangkan untuk prediksi konsumsi solar 2011, Pada Juni hingga Desember 2011 menggunakan rata-rata pertumbuhan Januari hingga Mei 2011, sebesar 11,3%. Dus, prediksi 2011 untuk produk solar sebesar 14,4 juta kiloliter. "Prediksi konsumsi minyak tanah 2011 turun sebesar 8,7% dari kuota yang ditetapkan. Hal ini sejalan dengan rencana program konversi mitan ke elpiji," terang Karen.Peningkatan konsumsi premium dan solar ini, kata Karen dipicu oleh adanya harga minyak mentah dunia yang terus meningkat. Sehingga mengakibatkan migrasi konsumen, khususnya truk-truk industri di wilayah perkebunan atau pertambangan yang mengisi solar bersubsidi di pom bensin. Selain tindakan penyelewengan, naiknya konsumsi premium dan solar karena rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor sebesar 14,73% per tahun, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan panjang jalan dan pertumbuhan jumlah penduduk.Prediksi konsumsi BBM di 2012Tahun 2012 tanpa adanya kebijakan pembatasan BBM bersubsidi, Pertamina memperkirakan konsumsi BBM subsidi mencapai 44,07 juta kiloliter. Masing-masing rincian konsumsinya adalah premium sebesar 26,7 juta kiloliter, kerosin sebesar 2,1 juta kiloliter dan solar sebesar 15,27 juta kiloliter. Dengan pertumbuhan migas sebesar 8,63% per tahun maka volume migas 2012 diperkirakan 27,9 juta kiloliter. Dengan asumsi harga ICP US$ 80 per barel (harga Pertamax Rp 6.250 per liter) maka besaran konsumsi pertamax pada tahun 2012 adalah 1,2 juta kiloliter. Dengan demikian, diperoleh perkiraan konsumsi premium subsidi pada tahun 2012 adalah 26,7 juta kiloliter."Sedangkan untuk estimasi konsumsi solar pada 2012, dengan menghitung prognosis 2011 sebesar 14,4 juta kiloliter, rata-rata pertumbuhan solar per tahun sebesar 6,2%. maka estimasi solar untuk tahun 2012 adalah 15,27 juta kiloliter," tandas Karen. Untuk prognosis konsumsi minyak tanah 2012 akan tetap sebesar 2,1 juta kiloliter karena tidak semua daerah terkena program konversi minyak tanah ke elpiji terutama di wilayah Indonesia Timur.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pertamina menghitung konsumsi bbm subsidi tembus 41,4 juta kiloliter di 2011
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) memproyeksikan konsumsi BBM subsidi akan tembus hingga 41,4 juta kiloliter. Jumlah ini lebih tinggi daripada kuota BBM subsidi sesuai dengan APBN 2011 sebesar 38,5 juta kiloliter. Dari ketiga jenis BBM subsidi, hanya kerosin (minyak tanah) yang pemakaiannya lebih rendah dari jumlah kuota. Sedangkan untuk premium dan solar melebihi kuota.Berdasarkan perhitungan Pertamina, konsumsi premium pada hingga akhir tahun 2011 tembus hingga 24,9 juta kiloliter dan konsumsi solar sebesar 14,40 juta kiloliter. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang target APBN 2011, di mana konsumsi premium sebesar 22,9 juta kiloliter dan solar sebesar 12,95 juta kiloliter. Sedangkan untuk konsumsi kerosin, hingga akhir tahun mencapai 2,1 juta kiloliter. Sementara kuota kerosin pada APBN 2011 mencapai 2,32 juta kiloliter.Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan mengatakan, prediksi konsumsi premium pada 2011 untuk Juni hingga Desember 2011 menggunakan rata-rata pertumbuhan Januari hingga Mei 2011 sebesar 8,6%. Sedangkan untuk prediksi konsumsi solar 2011, Pada Juni hingga Desember 2011 menggunakan rata-rata pertumbuhan Januari hingga Mei 2011, sebesar 11,3%. Dus, prediksi 2011 untuk produk solar sebesar 14,4 juta kiloliter. "Prediksi konsumsi minyak tanah 2011 turun sebesar 8,7% dari kuota yang ditetapkan. Hal ini sejalan dengan rencana program konversi mitan ke elpiji," terang Karen.Peningkatan konsumsi premium dan solar ini, kata Karen dipicu oleh adanya harga minyak mentah dunia yang terus meningkat. Sehingga mengakibatkan migrasi konsumen, khususnya truk-truk industri di wilayah perkebunan atau pertambangan yang mengisi solar bersubsidi di pom bensin. Selain tindakan penyelewengan, naiknya konsumsi premium dan solar karena rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor sebesar 14,73% per tahun, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan panjang jalan dan pertumbuhan jumlah penduduk.Prediksi konsumsi BBM di 2012Tahun 2012 tanpa adanya kebijakan pembatasan BBM bersubsidi, Pertamina memperkirakan konsumsi BBM subsidi mencapai 44,07 juta kiloliter. Masing-masing rincian konsumsinya adalah premium sebesar 26,7 juta kiloliter, kerosin sebesar 2,1 juta kiloliter dan solar sebesar 15,27 juta kiloliter. Dengan pertumbuhan migas sebesar 8,63% per tahun maka volume migas 2012 diperkirakan 27,9 juta kiloliter. Dengan asumsi harga ICP US$ 80 per barel (harga Pertamax Rp 6.250 per liter) maka besaran konsumsi pertamax pada tahun 2012 adalah 1,2 juta kiloliter. Dengan demikian, diperoleh perkiraan konsumsi premium subsidi pada tahun 2012 adalah 26,7 juta kiloliter."Sedangkan untuk estimasi konsumsi solar pada 2012, dengan menghitung prognosis 2011 sebesar 14,4 juta kiloliter, rata-rata pertumbuhan solar per tahun sebesar 6,2%. maka estimasi solar untuk tahun 2012 adalah 15,27 juta kiloliter," tandas Karen. Untuk prognosis konsumsi minyak tanah 2012 akan tetap sebesar 2,1 juta kiloliter karena tidak semua daerah terkena program konversi minyak tanah ke elpiji terutama di wilayah Indonesia Timur.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News