Pertamina Merespons Prediksi Kenaikan Harga Minyak Akibat Tensi Timur Tengah Memanas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak diprediksi mengalami peningkatan. Situasi geopolitik yang memanas dan persediaan minyak yang menurun di Amerika Serikat (AS) menjadi pendorongnya.

Menanggapi hal tersebut, Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Hermansyah Y Nasroen mengatakan, Pertamina dalam melakukan pembelian minyak mentah sesuai dengan kebutuhan spesifikasi masing-masing kilang dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku termasuk ketentuan secara internasional. 

Termasuk pembelian menggunakan mekanisme price cap. Ketika ditanya soal kemungkinan membeli minyak dari Rusia, Hermansyah menjawab berikut.


Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Kamis (1/8), Brent ke US$81,62 dan WTI ke US$78,70

"Intinya pembelian minyak disesuaikan dengan kebutuhan spesifikasi kilang. Pengadaannya mengikuti ketentuan2 yang berlaku baik dari asalnya maupun ketentuan pengadaan di kita," ujar Hermansyah kepada Kontan, Kamis (1/8).

Sebelumnya, Analis Dupoin Indonesia, Andrew Fischer mengatakan bahwa harga minyak berada dalam arah tren naik yang kuat. Ia memperkirakan harganya akan terus mengalami kenaikan dalam waktu dekat.

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Medco Energi (MEDC) di Tengah Fluktuasi Harga Minyak

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kenaikan harga minyak adalah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Timur Tengah mungkin berada di ambang perang regional.

"Ketegangan ini meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak, yang pada gilirannya mendorong harga minyak naik," tulisnya dalam riset, Kamis (1/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli