Pertamina Mulai Bor Sumur CBM



JAKARTA. PT Pertamina Hulu Energi Metana Kalimantan A Sangatta West CBM Inc., akan memulai pengeboran wilayah kerja gas metana batubara atau coal-bed methane (CBM) Sangatta I pada kuartal ketiga tahun ini. Konsorsium PT Pertamina (Persero) dan PT Energi Pasir Hitam Indonesia (Ephindo) itu menganggarkan dana sekitar US$ 2,5 juta untuk mengebor dua sumur.

W. Yudiana Ardiwinata, Chairman Ephindo menjelaskan, pengeboran pertama atau coring itu bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan gas metana batubara di sumber tersebut. "Setelah itu, kita lakukan studi lagi. Dari situ akan dipastikan berapa cadangan gasnya,” kata Yudi.

Setelah proses ini selesai, imbuh Yudi, konsorsium akan mengajukan rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) ke BP Migas. Nah, jika BP Migas menyetujui POD pada 2010, Ephindo menargetkan blok CBM Sangatta 1 bisa mulai berproduksi pada 2012. "Kalau mau lebih optimis, pada 2011 bisa berproduksi. Kita mulai dengan volume puluhan MMSCFD (juta kaki kubik), dan setelah itu ditingkatkan," kata Yudi.


Pertamina dan Ephindo meneken kontrak pengembangan wilayah kerja Sangatta I pada 13 November 2008. Untuk mengembangkan blok itu, keduanya menyiapkan dana investasi US$ 7,7 juta.

Di bisnis CBM, Ephindo juga menjalin kerjasama dengan PT Medco CBM Sekayu. Bersama anak usaha Medco Energi itu, Ephindo mengembangkan wilayah kerja CBM di Banyuasin, Sumatera Selatan. Untuk menjalankan konsorsium ini, Ephindo membentuk PT Ephindo South Sumatera Energy Inc.

Wilayah kerja CBM di Banyuasin ini merupakan kontrak pengembangan CBM yang pertama kali ditandatangani di Indonesia. "Pengeboran pertama kita rencanakan pada kuartal tiga atau empat tahun ini," jelas Yudi.

Total komitmen investasi selama tiga tahun pertama di wilayah kerja CBM Banyuasin adalah US$ 1 juta. Dari kontrak itu, Pemerintah juga mengantongi bonus tanda tangan US$ 1 juta. Bagi hasilnya, (split) 55% untuk pemerintah dan sisanya hak kontraktor.

Menurut Yudi, pengembangan CBM lebih sulit dibanding mengembangkan minyak dan gas. Kalau produksi komersial pertama minyak sudah dapat dilakukan setelah 5 tahun-7 tahun dan gas sekitar 9 tahun, CBM membutuhkan waktu sekitar 10 tahun.

Sekadar catatan, Indonesia memiliki potensi CBM total sebesar 453,30 triliun kaki kubik atau (TCF). Potensi terbesar ada di Sumatera Selatan sebesar 183 TCF; Sumatera Tengah 52,50 TCF; Barito, Kalimantan sebesar 101,60 TCF; dan di Kutai 80,40 TCF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan