Pertamina NRE dan Perhutani Teken HoA Proyek Nature Based Solutions



KONTAN.CO.ID - BOGOR. Pertamina Power Indonesia sebagai Subholding Power & New Renewable Energy (Pertamina NRE) dan Perum Perhutani menandatangani Head of Agreement (HoA) Proyek Nature Based Solutions (NBS) salah satunya melalui skema reduced emission from deforestation and forest degradation (REDD).

Proyek ini bertujuan untuk mengintensifkan kegiatan pelestarian hutan guna mengurangi pelepasan emisi gas rumah kac dari sektor kehutanan serta memberikan dampak positif bagi penyerapan emisi karbon dan keanekaragaman lingkungan

Penandatanganan HoA dilakukan oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Direktur Utama Perum Perhutani diwakili Direktur Operasi Natalas Anis Harjanto di Sentul Eco Edu Tourism Forest, Kabupaten Bogor pada Senin (20/06).


Baca Juga: Dorong EBT, Begini Strategi Pertamina

Penandatangan HoA disaksikan oleh Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury, dan Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Mulyono.

Sebelumnya, kedua belah pihak telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) pada Desember 2021 lalu, kemudian ditindaklanjuti dengan serangkaian pengerjaan Pra-Feasibilty Study (FS) pada bulan Februari-Mei 2022, dan dilanjutkan audiensi dengan KLHK pada 7 Juni 2022 serta konsultasi regulasi melalui Focus Group Discussion dengan KLHK pada 15 Juni 2022 lalu.

Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan, pembentukan perusahaan NBS dan kerjasama antara Perhutani dan Pertamina NRE ini merupakan satu dari inisiatif strategis Kementerian BUMN untuk mendukung dekarbonisasi, dengan adanya NBS kita berharap bisa menjaga lingkungan di sekitar kita. Kita mendorong adanya energi baru terbarukan, yang berkaitan dengan sektor energi mengingat sebagai salah satu penghasil emisi terbesar.

Lebih lanjut Pahala juga menyampaikan Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia, dengan luasan hutan serta kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Indonesia didorong untuk menurunkan emisi, dengan target sampai dengan 29% dalam waktu 10 tahun di 2030 nantinya.

“Tentunya kita berharap proyek NBS untuk dapat memanfaatkan, mengelola, serta melestarikan wilayah hutan dengan potensi pengembangannya yang dalam hal ini Perhutani beserta anak perusahaannya berperan sebagai penyedia lahan (land co) sementara Pertamina NRE sebagai pengelola bisnis NBS melalui NBS co," ujar Pahala.

Sementara itu Dannif menyampaikan Pertamina NRE mendapat Amanah untuk mengawal transisi energi Pertamina. “Salah satu fokus bisnis kami adalah low carbon solutions di mana nature based solutions menjadi salah satu proyek utamanya. Proyek ini sangat berpotensi untuk mendukung target net zero emission. Untuk itu kami sangat antusias dengan kolaborasi dengan Perhutani yang memegang konsesi kehutanan negara,” tutur Dannif.

Dannif menambahkan, Pertamina NRE juga terus berupaya untuk meningkatkan utilisasi EBT di internal Pertamina serta mengembangkan solusi dekarbonisasi seperti EV ecosystem, Green Hydrogen, dan energy efficiency sebagai upaya untuk dapat mencapai target penurunan emisi Pertamina Group. 

Diharapkan dengan upaya-upaya tersebut serta kolaborasi dengan Perhutani Group dapat mendukung aspirasi Net Zero Emission Pertamina pada tahun 2060. Pertamina juga berperan aktif dalam menyukseskan Presidensi G20 khususnya dalam isu transisi energi berkelanjutan.

Pada kesempatan yang sama Natalas menyampaikan selain menekan laju deforestasi, tujuan atas kerjasama tersebut adalah memperluas tutupan lahan yang akan meningkatkan kemampuan kawasan hutan untuk menyerap emisi gas rumah kaca.

“Sudah teridentifikasi sebanyak 9 calon lokasi di wilayah kawasan hutan milik Perhutani Group yang akan menjadi objek dan lokasi dari project ini. Ke 9 calon lokasi ini lebih lanjut akan dilakukan FS utk mengetahui kelayakan project dari khususnya terkait dampak terhadap lingkungan serta sisi finansial maupun operasional,” ujarnya.

Baca Juga: Chevron dan Pertamina Umumkan Kerja Sama dalam Bisnis Rendah Karbon

Natalas menambahkan bahwa berdasarkan hasil Pre FS, NBS Project pada ke-9 lokasi ini akan mampu menghasilkan karbon kredit lebih dari 11,6 juta ton CO2 per tahun, sehingga dengan skema bisnis yang tepat, maka project ini akan mampu menjadi bisnis baru yang memberikan nilai tambah pada kedua belah pihak.

Adapun, upaya dekarbonisasi yang akan dilaksanakan oleh Perum Perhutani, lanjut Natalas, diantaranya menekan atau mengurangi kerusakan hutan dan meningkatkan rehabilitasi lahan, menekan kebakaran hutan, mengganti penggunaan Marine Fuel Oil (MFO) menjadi Compressed Nature Gas (CNG) pada industri hasil hutan. 

Selain itu, di bidang tanaman Perhutani juga mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Untuk Nature Based Solutions (NBS) merupakan salah satu solusi yang mengacu pada pengelolaan dan optimasi sumberdaya alam yang berkelanjutan melalui rekonfigurasi pengelolaan .

Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penanaman bersama bibit pohon damar di wilayah Sentul Eco Edu Tourism Forest sebagai simbolis dimulainya kerjasama antara Pertamina NRE dan Perhutani.

Dikonfirmasi lebih lanjut, Pahala memastikan kerjasama bakal dilakukan terlebih dahulu pada dua lokasi konsesi terlebih dahulu. Adapun, nilai investasi baru dapat tergambar setelah hasil feasibility study rampung.

"Masih akan dilakukan langkah selanjutnya dengan FS. Tetapi nggak terlalu besar sih untuk dua lokasi tersebut," kata Pahala.

Proyek ini pun diharapkan dapat dikomersialisasi pada 2024 mendatang.

Baca Juga: Pertamina NRE dan Pondera Kerja Sama Kembangkan PLTB di Indonesia

Pahala menjelaskan, merujuk pada Perpres Nomor 98 Tahun 2021,  tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional, pembangkitan listrik bakal menjadi sektor pertama yang menerapkan nilai ekonomi karbon.

"Kan skema sesuai Perpres tadi cap and trade. Kalau misalkan tidak bisa mencapai (penurunan emisi), dia bisa membeli carbon offset. Ini yang dihasilkan oleh perusahaan NBS ini," kata Pahala.

Pahala pun memastikan, untuk saat ini fokus pasar utama yang disasar merupakan sektor dalam negeri khususnya untuk pembangkit listrik. Ia tak menampik, ke depannya jika Indonesia sudah mampu memenuhi target NDC maka ada potensi untuk memperdagangkan karbon ke negara lainnya.

"Memang ini tentunya potensi mendapatkan monetisasi yang lebih tinggi perlu diperdagangkan dengan negara lain," terang Pahala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .