KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inpex Masela Ltd. (INPEX), PT Pertamina, dan Petronas dikabarkan akan bertemu pada Agustus 2023 ini untuk membahas sejumlah hal teknis perihal pengembangan Blok Masela. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menjelaskan, Inpex memiliki kewajiban untuk mengintroduksi dan melaksanakan
technical workshop ke Pertamina terkait aspek-aspek teknis Blok Abadi Masela. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan pada awal Agustus 2023. “Melalui kegiatan tersebut, akan lebih jelas gambarannya kompromi dari seluruh pihak yang terlibat yakni pemegang
participating interest (PI), seperti apa pengembangan terbaik,” ujarnya di Gedung Wisma Mulia, Selasa (18/7).
Dwi menegaskan hingga kini, semua skenario pengembangan Blok Masela masih mengarah pada rencana pengembangan atau
plan of development (PoD) di 2019. Proyek lapangan gas tersebut akan dikembangkan di darat (
on shore) dengan kapasitas LNG on shore sebesar 9,5 juta ton pertahun, gas bumi 150 juta kaki kubik gas alam per hari melalui pipa, dan penerapan teknologi
carbon capture and storage (CCS).
Baca Juga: Kementerian ESDM Bentuk Pokja untuk Mendorong Persiapan Blok Masela Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi Muharram Jaya Penguriseng menyatakan, sejauh ini pihaknya belum bisa berbicara banyak mengenai rencana pengembangan yang akan dipilih untuk Blok Masela. “Skenario pengembangan harus disetujui bersama oleh semua anggota konsorsium, melihat studinya, apakah akan kita jalankan sesuai dengan itu atau perlu ada revisi rencana pengembangan,” ujarnya kepada Kontan.co.id. Menurut Muharram, meski Pertamina hanya mengempit 25% hak partisipasi di Blok Masela, pihaknya akan diperlakukan sama. “Meskipun kita ini pemilik hak partisipasi minoritas, tetapi suara 25% sepadan membahas mengenai skenario (pengembangan),” terangnya. Nah, nantinya kesepakatan itu yang akan menentukan langkah apa yang akan dijalankan untuk mengelola Blok Masela. Muharram mengungkapkan, anggota konsorsium sudah diwanti-wanti oleh Pemerintah, supaya Blok Masela cepat menghasilkan gas.
Baca Juga: Rencana Pengembangan Masela Diubah, SKK Migas: Skema Tetap Kombinasi Darat-Laut “Rambu-rambu cepat ini diutaraka Pemerintah untuk mengejar kebutuhan supply gas,” tandasnya. Sebelumnya, President & Group CEO Petronas Tan Sri Tengku Muhammad Taufik mengatakan, masuknya Petronas ke Blok Masela merupakan tonggak penting dalam pengembangan portofolio bisnis Petronas di Indonesia. “Ketiga mitra sangat memahami kawasan ini memerlukan energi dan LNG. Saya rasa ketiga mitra dalam posisi yang jelas bahwa LNG menawarkan bahan bakar transisi energi dan
renewable yang dapat diandalkan,” jelasnya di ICE BSD, Selasa (25/7). Dia mengatakan, keterlibatan ini menegaskan komitmen Petronas dalam mendukung target pemerintah Indonesia yakni produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030. Proyek ini juga memberikan kesempatan bagi Petronas untuk turut berkontribusi dengan keahlian teknis dalam pengembangan dan monetisasi wilayah kerja. “Selain itu juga memperkuat portofolio LNG global kami untuk memenuhi permintaan energi rendah karbon yang semakin meningkat di Indonesia,” ungkapnya.
Baca Juga: Setelah Proyek Masela, Duet Pertamina dan Petronas Berpeluang Lanjut di Proyek Lain Selain mengembangkan LNG, kerja sama di Blok Masela juga mencakup pengembangan Carbon Capture Storage (CCS). Tan Sri menyatakan pengembangan CCS sebagai salah satu hal kritis yang harus dilakukan dalam industri migas. “Rencana pembangunan juga harus mempertimbangkan pengurangan emisi karbon,” tegasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto