Pertamina-PGN akur bangun SPBU terintegrasi SPBG



JAKARTA. PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) menemukan jalan untuk bekerjasama dalam penyaluran gas untuk keperluan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Kedua perusahaan mendandatangani nota kesepahaman terkait kerjasama ini, Kamis (29/1).

Direktur Energi Baru & Terbarukan Pertamina Yenni Andayani menjelaskan, melalui kerja sama ini Pertamina dan PGN dapat saling memanfaatkan jaringan pipa gas bumi untuk pendistribusian bahan bakar gas untuk transportasi di Indonesia.

“Kerjasama di antara kedua perusahaan akan menjadi tonggak penting bagi upaya mempercepat pelaksanaan program konversi BBM ke BBG, khususnya dari aspek pasokan. Sinergi antara Pertamina yang memiliki kekuatan jaringan pada bisnis ritel migas dan PGN dengan jaringan pipa gasnya memungkinkan percepatan penyediaan infrastruktur pengisian BBG di Indonesia dapat terlaksana,” kata Yenni. 


Pertamina telah mengidentifikasi SPBU yang bersinggungan dengan jaringan pipa gas bumi milik PGN dalam beberapa cluster. Nantinya, pengembangan akan diprioritaskan mulai dari SPBU dengan jarak yang terdekat dengan pipa PGN.

Direktur Pengusahaan PGN Jobi Triananda Hasjim menyampaikan melalui kerjasama ini, Pertamina dimungkinkan memanfaatkan pipa milik PGN untuk membangun SPBG yang terintegrasi dengan SPBU Pertamina, sehingga masyarakat pemilik mobil pengguna BBG bisa mengisi bahan bakar di SPBU yang telah terintegrasi dengan SPBG.  

 "Kami  gembira dapat bersinergi dengan Pertamina dalam penyediaan infrastruktur bagi pemenuhan gas bumi ke sektor transportasi. Pembangunan SPBG yang terintegrasi dengan SPBU, kami harapkan dapat memenuhi kebutuhan BBG bagi sektor transportasi di Indonesia," kata Jobi.

Strategi pembangunan integrasi SPBU dan SPBG ini diyakini akan meminimalkan hambatan pembangunan SPBG, seperti pembebasan lahan dan perizinan, sehingga pembangunan SPBG bisa lebih cepat dan efsien. Pertamina akan menambah fasilitas pengisian BBG berupa dispenser, kompresor, gas dryer dan fasilitas lainnya, dengan proses pengerjaan sekitar 4 bulan, jauh lebih cepat dibandingkan dengan membangun SPBG dari awal. Kerjasama yang baik dengan pengusaha SPBU pun diperlukan agar strategi ini berjalan tanpa kendala, tentu saja dengan skema kerja sama dan margin yang menarik.

"Kami berharap kerjasama ini menjadi langkah nyata untuk mewujudkan kemandirian energi melalui pemanfaatan gas bumi. Sebagai energi baik yang ramah lingkungan, hemat dan aman, gas bumi dapat menjadi bagian dari solusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan kemakmuran Indonesia," ujar Jobi.

Sementara itu, Yenni menambahkan untuk keberhasilan program konversi ini juga diperlukan dukungan kebijakan dari pemerintah terkait ketersediaan converter kit, kesiapan bengkel instalasi yang memadai, termasuk insentif kepada produsen kendaraan yang mempro­duksi kendaraan berbahan bakar gas.

Pemerintah daerah dapat berkontribusi nyata melalui kebijakan yang mewajibkan semua angkutan umum dan taksi untuk menggunakan gas untuk menjamin program konversi BBM ke BBG berjalan dengan baik.

“Pertamina dan PGN berkomitmen untuk dapat menyediakan jaringan SPBG yang terintegrasi dengan SPBU yang lebih luas. Akan tetapi, upaya dari aspek penyediaan (supply side) tersebut akan lebih efektif lagi apabila mendapatkan dukungan kuat dari seluruh pihak terkait, khususnya pemerintah pusat dan daerah,” kata Yenni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia